Untuk Lawan Korupsi, Jokowi Sebut Hanya Ada Dua Cara
Dalam acara tersebut, Luhut sempat membacakan pesan presiden untuk disampaikan kepada rakyat Indonesia mengenai peringatan hari antikorupsi sedunia.
Penulis: Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Presiden Joko Widodo batal hadir dalam kegiatan Festival Antikorupsi Bandung 2015 di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (10/12/2015).
Kehadirannya diwakilkan Menkopolhukam, Luhut Binsar Pandjaitan untuk membuka acara memperingati hari antikorupsi sedunia.
Dalam acara tersebut, Luhut sempat membacakan pesan presiden untuk disampaikan kepada rakyat Indonesia mengenai peringatan hari antikorupsi sedunia.
Presiden berpesan, hanya ada dua cara untuk memberantas korupsi di Indonesia.
Menyusul korupsi di Indonesia berkembang dan berevolusi sampai tahap dimana tindak pidana itu dilakukan secara sistematis dan berjejaring.
"Karena sudah masuk sampai fase berjejaring, maka untuk melawan korupsi bagi saya hanya perlu keberanian untuk menjalankan dua langkah. Aksi pencegahan yang betul betul nyata serta tindakan penegakan hukum yang betul betul tegas," kata Luhut membacakan pesan Jokowi.
Luhut mengatakan, presiden sangat menentang dan melawan adanya korupsi di Indonesia.
Bukan hanya karena korupsi merugikan keuangan negara, lanjutnya, korupsi merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan terbukti telah memiskinkan masyarakat.
Selain itu, korupsi terbukti membawa ketidakadilan, ketimpangan dan keterbelakangan.
Korupsi terbukti telah menjauhkan bangsa bangsa di dunia dari kemakmuran bersama.
"Maka dari itu, korupsi harus menjadi musuh bersama. Pada hari ini saya ajak semua elemen bangsa agar mengukuhkan semangat bersama kita, yaitu Indonesia yang bebas dari korupsi. Semangat bersama itu tidak akan terwujud apabila kita tidak bersatu melawan korupsi," kata Luhut.
Luhut menambahkan, presiden juga meminta semua lembaga penegak hukum di Indonesia harus bersinergi untuk melawan korupsi.
Sebab jika terjadi perpecahan, maka yang senang adalah para koruptor.
"Semakin agenda pemberantasan korupsi kita terhambat, yang menikmati adalah para koruptor. Semakin kita terjebak hanya dalam wacana tanpa aksi nyata, yang tertawa-tawa adalah para koruptor," kata Luhut.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.