Baayun Maulid, Potret Tradisi Masyarakat Banjar Sambut Kelahiran Nabi Muhammad
Tahukah Anda baayun maulid? Tradisi memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW ini akulturasi Islam dengan tradisi Urang Banjar.
Penulis: Rahmadhani
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Rahmadhani
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Seorang ibu berkerudung ungu dan gamis hijau toska duduk di buaian kain yang tergantung, mengusap dahi putranya yang tertidur di gendongan lengan kirinya, sementara bibirnya merapal doa.
Seorang ibu lainnya tampak mendudukkan putranya yang masih kecil di buaian yang terbuat dari kain yang di kedua ujungnya terikat tali ayunan.
Di halaman Masjid Suriansyah, nama Raja Banjarmasin pertama yang memeluk Islam memiliki nama lain Sultan Suryanullah atau Sultan Suria Angsa, baayun maulid digelar saban 12 Rabiul Awal untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Sebanyak 242 orang memenuhi halaman masjid untuk merayakan baayun maulid yang jejaknya tercatat sejak Kerjaan Banjar. Baayun berarti ayunan atau buaian, sedangkan maulid berasal dari kata Arab berarti mengenang kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Baayun maulid yang diikuti ibu-ibu dan anak-anaknya sudah menjadi tradisi masyarakat Banjar sebagai bentuk syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Ketua Badan Pengurus Masjid dan Makam Sultan Suriansyah, HM Noor Thalhah, berujar baayun maulid adalah tradisi hasil akulturasi budaya Banjar dan Islam yang dimulai di Kabupaten Tapin.
"Esensi yang harus diambil adalah kita dapat meneladani ketauhidan kelahiran Nabi Muhammad yang istimewa dan dimuliakan oleh Allah SWT," ujar Thalhah kepada Banjarmasin Post, Kamis (24/12/2015).
Ketika anak-anak dibuaikan dalam tradisi baayun maulid, besar harapan orangtuanya mereka kelak besar mengikut teladan Nabi Muhammad SAW.
Baayun bukan merupakan syariat Islam. Dahulu kala orang-orang suku Banjar seperti dilansir melayuonline.com, menggelar upacara baayun anak untuk mengenalkan si anak kepada Datu Ujung, sosok leluhur sangat berpengaruh.
Urang Banjar meyakini anak-anak mereka bisa memperoleh keberkatan dalam hidupnya, tidak mudah putus asa dan terhindar dari bala lewat upacara baayun anak, penghormatan sekaligus persembahan kepada Datu Ujung.
Thalhah berujar, tradisi baayun berakulturasi sejak masuknya Islam di kalangan Urang Banjar. Tradisi baayun anak kemudian menjadi baayun maulid, di mana anak dikenalkan dengan keistimewaan dan kemuliaan Nabi Muhammad SAW.
"Ini agar ajaran Islam bisa menyatu dan mengakomodir budaya lokal sejauh tidak keluar akidah," imbuh dia.
Tua Muda Ikut Serta