Misteri Kartu Biru dan Pita Hitam Din Minimi
Setelah Nurdin bin Ismail Amat alias Din Minimi turun gunung Senin (28/12/2015) malam hingga saat ini menyisakan sejumlah tanda tanya.
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Seni Hendri
TRIBUNNEWS.COM, ACEH - Setelah Nurdin bin Ismail Amat alias Din Minimi turun gunung Senin (28/12/2015) malam hingga saat ini menyisakan sejumlah tanda tanya.
Selain kartu warna biru yang dikalungkan Din Minimi dilehernya yang tak pernah dilepaskan, sebelumnya juga benda hitam yang terikat di lengan kanannya juga menjadi tanda tanya.
Ada yang mengisukan, pita hitam itu adalah azimat Din Minimi.
Bertepatan dengan kunjungan silahturahmi anggota Komite III DPD RI asal Aceh, H Sudirman atau yang akrab disapa Haji Uma ke rumah Din Minimi Serambinews.com (grup tribunnews.com) pun mencoba mempertanyakan langsung kepada Din Minimi soal kartu warna biru yang dikalungkan dilehernya.
“Ini kartu milik Mr Juha (Pemonitor asing perdamaian Aceh Juha Christensen) yang diberikannya kepada saya waktu Mr Juha dan Kepala BIN Lenan Jenderal TNI (Purn) Sutiyoso menjemput saya pulang ke rumah dari hutan,” ujar Din Minimi di Gampong Ladang Baro, Kecamatan Julok, Aceh Timur, Jumat (1/1/2016)
Disebutkannya, adapun manfaat kartu tersebut adalah sebagai bukti bahwa adanya keterlibatan pihak asing dalam proses perdamaian ini.
Amatan Serambinews.com, secara kasatmata, di kartu itu tercantum logo dan tulisan United Nations.
Juga tertera foto Juha Christensen.
Statusnya sebagai Finland Adviser.
Masa berlakunya justru hingga 18 November 2011.
Jadi, kartu itu bukanlah kartu untuk refugee (pengungsi) yang mencari suaka politik yang diberikan Uni Eropa kepada Din Minimi.
Sementara itu, sebelumnya sejumlah rekan jurnalis yang mendatangi rumah Din Minimi juga sempat bertanya tentang benda hitam yang selalu terikat di lengan kanannya.
Ada yang mengisukan, pita hitam itu adalah azimat Din Minimi.
Namun, ketika ditanya apa benar itu azimat untuk penangkal penyakit atau membuatnya kebal dari peluru dan senjata tajam, Din Minimi hanya tersenyum.