Inovasi yang Dilakukan Membuat Dua Orang Ini Sukses Jualan Susu
Selama tiga jam, mereka meracik susu bubuk dan memasukkannya dengan telaten ke dalam kantong darah yang memang dibuat khusus untuk makanan
Editor: Eko Sutriyanto
![Inovasi yang Dilakukan Membuat Dua Orang Ini Sukses Jualan Susu](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/susu_20160106_111344.jpg)
Kalau tidak, mereka bisa datang ke rumah Lutfi untuk mengambil pesanan itu.
Blood Us dijual per kantong Rp 20.000 dengan enam varian nama dan rasa.
Yakni vampire blood untuk susu rasa stroberi, Gobin blood untuk susu warna hijau, dan deer santa blood untuk susu cokelat.
Penamaan memang sengaja dibuat unik agar kesannya para penikmatnya merasa seperti meminum macam-macam jenis darah.
Dari semua alat dan bahan, Ardi menyebut kantong darah adalah yang paling fital. Selain pembeda jenis dengan bisnis minuman susu lain di Kota Malang, kantong itu juga hingga saat ini hanya bisa diimpor dari Tiongkok.
Saban bulan, mereka membeli sekitar 300 kantong yang harganya Rp 7.000 per lembar itu.
"Kalau di Indonesia, adanya kantong darah asli yang memang dipakai buat darah. Dan itu harganya mahal sekali. Enggak cocok kalau dipakai buat bisnis minuman," ujar Ardi.
"Ide awalnya kita nyontek dari minuman yang dijual di Thailand. Lutfi pertama kali yang mengusulkan. Akhirnya dari informasi teman-teman, saya bisa mendapatkan kantong itu dari Tiongkok."
Karena harus impor, bisnis itu pernah tersendat selama tiga bulan gara-gara aturan pemerintah yang membatasi jenis barang masuk Tanah Air.
Ia bercerita, saat itu telah memesan kantong tersebut namun, kantong tertahan di bea cukai karena aturan tersebut.
Saat itu, mereka berdua merasa pesimis bisnis dapat berlanjut.
"Untung saja saya mendapat kabar kalau atauran itu berubah. Jadi bisnis bisa berlanjut," tambah Ardi.
Dua remaja itu memasarkan produknya hanya pada jejaring foto Instagram.
Dari seluruh jenis jejaring sosial, mereka menganggap Instagram paling cocok sebagai tempat pemasaran di Kota Malang.
Alasannya, jejaring itu mulai digandrungi oleh para mahasiswa -- target pasar utama mereka, sementara Facebook dan Twitter, menurut Ardi, kurang menarik.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.