Mengaduk Rupiah di Bawah Potensi Longsor Sampah TPA Galuga
Hampir 1.500 pemulung mengadu nasib mengeruk rupiah dari gunungan sampah di TPA Galuga yang rawan longsor.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Damanhuri
TRIBUNNEWS.COM, CIBUNGBULANG - Ribuan pemulung menggantungkan hidupnya dari sisa sampah TPA Galuga di Kampung Moyan, Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
Junaedi (60), seorang pemulung, mengatakan dalam sehari dia hanya mampu memperoleh uang rata-rata Rp 25 ribu hasil menjual sisa sampah yang didapat dari tumpukan sampah di TPA Galuga.
"Di sini itu lebih dari 1.500 pemulung setiap harinya. Makanya terkadang kami berebut saat truk sampah datang," ujar warga RT 12/06 Desa Galuga kepada TribunnewsBogor.com, Rabu (6/1/2016)
Dia harus berebut dengan ribuan pemulung lain agar bisa mendapatkan sisa sampah yang masih bisa dijual. Sisa sampah plastik yang didapat kemudian dikumpulkan lalu dijual kepada pengepul barang rongsokan yang berlokasi tidak jauh dari TPA Galuga.
"Alhamdulillah segini juga, yang penting uangnya bisa buat kasih makan keluarga," sambung Junaedi.
Hendra Wijaya, Petugas ritasi TPA Galuga pada DKP Kota Bogor menambahkan, keberadaan ribuan pemulung ini sangat membantu pemerintah dalam mengurangi tumpukan sampah.
"Mereka juga harus hati-hati, sebab tumpukan sampah di sini rawan longsor. Terus terang kami merasa terbantu oleh ribuan pemulung disini," imbuh Hendra.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.