Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

'Dikasih Harga Rp 2.000 Dapat Tiga Gorengan Saja Ada yang Protes'

Berjualan gorengan, bagi Agus merupakan usaha yang bisa menghidupi keluarganya selama ini.

Penulis: Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Editor: Dewi Agustina
zoom-in 'Dikasih Harga Rp 2.000 Dapat Tiga Gorengan Saja Ada yang Protes'
Tribun Jabar/Teuku M Guci Syaifudin
Seorang pedagang gorengan keliling, Agus (45) tengah melayani pembeli sembari menggoreng di jalan menuju Komplek Pasadena, Kelurahan Margahayu utara, Kecamatan Babakan Ciparay, Rabu (6/1/2016). Setiap harinya ia menggunakan tujuh kilogram minyak goreng curah. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Teuku Muh Guci S

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Seorang pedagang gorengan keliling, Agus (45), duduk di pinggir jalan menuju komplek Pasadena Kelurahan Margahayu utara, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung, Jawa Barat, belum lama ini.

Ia sibuk menyiapkan barang dagangannya di depan wajan penuh minyak mendidih.

Agus memasukkan satu persatu bahan yang akan menjadi gorengan. Seperti pisang goreng, tempe goreng, tahu goreng, ubi goreng, dan gorengan lainnya.

Kala itu pria yang mengontrak sebuah rumah di Jalan Lumbung III, Kelurahan Babakan Ciparay, Kecamatan Babakan Ciparay itu menyiapkan pasokan sebelum masuk ke dalam komplek.

Namun sebelum masuk, sejumlah pembeli mulai banyak yang menghampirinya. Ada yang berjalan kaki sampai ada yang membawa mobil.

Lantaran banyak gorengan yang matang, sebagian ada memesan, ada yang menunggu gorengannya hingga matang, dan ada yang langsung membeli gorengan yang sudah ada.

Berita Rekomendasi

"Usaha jualan gorengan ini sudah saya jalani sejak 1996. Waktu itu setiap gorengan dijual Rp 50," ujar warga kelahiran Cirebon tersebut.

Berjualan gorengan, bagi Agus merupakan usaha yang bisa menghidupi keluarganya selama ini. Tak ada pekerjaan lain yang digelutinya selain berjualan gorengan.

Ia memilih menjual gorengan lantaran tak perlu mengeluarkan modal besar dan tak perlu ketrampilan khusus. Lagi pula pelanggannya pun sudah banyak di kawasan Pasar Caringin.

"Kalau keluar sekitar pukul 07.30, mangkal di sekolah-sekolah. Setelah itu keliling ke komplek-komplek. Pulang ke rumah tidak tentu tergantung habisnya barang dagangan. Biasanya sekitar pukul 19.00," kata Agus.

Selama menjalani bisnisnya tersebut, Agus mengaku selalu mengalami suka dan duka. Ia bisa mengantongi banyak keuntungan jika harga bahan baku gorengan mengalami penurunan sehingga modal yang dikeluarkan tidak banyak. Namun ia hanya mengantongi keuntungan sedikit jika harga bahan baku gorengan mengalami kenaikan.

"Kalau sekarang banyak susahnya karena harga bahan baku tidak stabil. Sementara kalau harga gorengan naik tidak mungkin. Tidak mungkin kalau saya menaikkan harga. Pembeli pasti tidak mau. Dikasih harga Rp 2.000 dapat tiga gorengan saja ada yang protes," ujar Agus.

Sebagai penjual gorengan, kata Agus, bahan baku terpenting, yakni minyak goreng. Setiap harinya ia bisa menghabiskan lima sampai tujuh kilogram minyak goreng curah. Menurutnya, harga minyak berbahan dasar kelapa sawit itu Rp 10 ribu sampai Rp 11 ribu per kilogram.

"Ada juga yang Rp 8 ribu per kilogramnya. Tergantung jenisnya. Kan ada yang kualitas bagus dan ada yang kualitas rendah. Kalau saya pakai yang kualitas medium. Harganya Rp 10 ribu per kilogramnya," ujar Agus.

Namun Agus sebagai pengguna tak mengetahui jika peredaran minyak goreng curah bakal dihilangkan pada 27 Maret 2016.

Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 80 Tahun 2014 tentang pelarangan perdagangan minyak goreng sawit curah.

Ia belum pernah mendengarkan permendagri tersebut selama membeli minyak goreng curah.

"Kalau saya ada yang mengantarkan. Tidak beli ke pasar. Karena memang sudah langganan. Kalau tokonya di sekitar Pasar Caringin," ujar Agus.

Agus pun berpendapat, pemerintah harus memiliki solusi yang mendukung usaha kecil menengah (UKM) sepertinya jika peredaran minyak goreng curah dilarang.

Menurutnya, pemerintah harus mengeluarkan produk minyak goreng kemasan yang harganya terjangkau para pelaku UKM. Sebab ia merasa keberatan jika harga sama dengan minyak goreng kemasan yang ada saat ini.

"Jelas modal bertambah banyak. Sekarang kalau minyak goreng kemasan itu kan isinya 1 liter atau sekitar 0,8 kilogram. Harga minyak goreng kemasan itu Rp 13 ribu per liter. Selisihnya memang Rp 1.000 sampai Rp 2.000. Tapi itu berharga sekali karena kami kan belinya tidak satu liter saja," ujar Agus.

Kendati begitu, Agus hanya bisa pasrah dengan keputusan pemerintah tersebut. Menurutnya, jangan sampai keputusan tersebut justru mematikan usaha rakyat kecil. Apalagi harga kebutuhan bahan pokok saat ini tidak stabil.

"Jangan sampai rakyat kecil disikatin terus sementara yang di atas ketawa-ketawa," kata Agus. (cis)

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas