Hanya di Kampung Ranca Banyawak Leluasa Lihat Ribuan Burung Kuntul
Mungkin, hanya di Kampung Ranca Bayawaklah kita bisa memanjakan mata melihat ribuan burung kuntul hinggap di rumpun bambu.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Lutfi Ahmad
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Tak ada puting beliung yang datang, tapi rumpun bambu di Kampung Ranca Bayawak, Cisaranten Kidul, Gedebage, Bandung, tampak doyong.
Mungkin, hanya di Kampung Ranca Bayawaklah kita bisa menyaksikan doyongnya sisa empat rumpun bambu karena di atasnya ribuan burung kuntul hinggap.
Gencarnya alih fungsi lahan di Kota Bandung sedikit banyak mengancam habitat burung yang bagi warga Jawa Barat biasa menyebutnya burung blekok.
"Pembangunan real estate sudah mendekati rumpun bambu tempat bersarangnya burung kuntul. Sawah tempat burung kuntul mencari makan juga telah menyempit," kata Ujang Sapaat (39), Ketua RW 02, Kampung Ranca Bayawak, Rabu (20/1/2016).
Keberadaan burung-burung kuntul ini, menurut Ujang, sudah sejak lama menjadi ciri khas Kampung Ranca Bayawak, karenanya, sekali pun populasi burung tersebut masih mencapai ribuan ekor, warga tetap cemas.
"Sekarang, jarak lokasi pembangunan real estate itu hanya ratusan meter dari sarang burung kuntul," sambung Ujang.
Salah satu rumpun bambu di Kampung Bayawak berada sekitar 15 meter dari gapura kampung. Tak ada sampah di sepanjang jalan gapura menuju rumpun bambu.
"Awalnya, warga menanam pohon-pohon bambu itu bukan sengaja untuk sarang burung, melainkan untuk menahan embusan angin, tapi sekitar 1975 burung-burung itu mulai hinggap di rumpun bambu dan semakin lama semakin banyak," cerita Ujang.
Jumlah burung berbulu putih serta berkaki dan berparuh panjang yang kerap menclok di rumpun bambu Kampung Ranca Bayawak, diperkirakan mencapai 2.700 ekor.
Ujang mengaku jumlah burung-burung tersebut dari pengamat dan peneliti burung Bicon Universitas Padjajaran yang datang ke kampungnya.
Burung Kuntul hinggap di rumpun bambu di Kampung Ranca Bayawak, Kelurahan Cisaranten Kidul, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung. Foto diambil Rabu (20/1/2016). TRIBUN JABAR/LUTFI AHMAD
"Namun, entah sampai kapan. Keberadaan mereka terancam karena pembangunan real estate ini," Ujang membagi rasa cemasnya.
Ia berujar, dari 14 hektare luas kampung, sebagian memang sudah dibeli pengembang perumahan karena pemiliknya memang bukan orang asli Kamung Ranca Bayawak.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.