Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hanya di Kampung Ranca Banyawak Leluasa Lihat Ribuan Burung Kuntul

Mungkin, hanya di Kampung Ranca Bayawaklah kita bisa memanjakan mata melihat ribuan burung kuntul hinggap di rumpun bambu.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Hanya di Kampung Ranca Banyawak Leluasa Lihat Ribuan Burung Kuntul
BUKBIS CANDRA ISMET BEY
HABITAT TERAKHIR - Sejumlah burung kuntul (bubulcus ibis) dan blekok (ardeola speciosa) terbang dan bertengger di pohon bambu di Kampung Ranca Bayawak, Kelurahan Cisaranten Kidul, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung. Spesies kuntul dan blekok yang serumpun dengan ardeidae ini terancam punah di Kota Bandung karena banyaknya pembangunan dan alih fungsi lahan di kawasan tersebut. Foto diambil Rabu (30/12/2015). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Lutfi Ahmad

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Tak ada puting beliung yang datang, tapi rumpun bambu di Kampung Ranca Bayawak, Cisaranten Kidul, Gedebage, Bandung, tampak doyong.

Mungkin, hanya di Kampung Ranca Bayawaklah kita bisa menyaksikan doyongnya sisa empat rumpun bambu karena di atasnya ribuan burung kuntul hinggap.

Gencarnya alih fungsi lahan di Kota Bandung sedikit banyak mengancam habitat burung yang bagi warga Jawa Barat biasa menyebutnya burung blekok.

"Pembangunan real estate sudah mendekati rumpun bambu tempat bersarangnya burung kuntul. Sawah tempat burung kuntul mencari makan juga telah menyempit," kata Ujang Sapaat (39), Ketua RW 02, Kampung Ranca Bayawak, Rabu (20/1/2016).

Keberadaan burung-burung kuntul ini, menurut Ujang, sudah sejak lama menjadi ciri khas Kampung Ranca Bayawak, karenanya, sekali pun populasi burung tersebut masih mencapai ribuan ekor, warga tetap cemas.

"Sekarang, jarak lokasi pembangunan real estate itu hanya ratusan meter dari sarang burung kuntul," sambung Ujang.

Berita Rekomendasi

Salah satu rumpun bambu di Kampung Bayawak berada sekitar 15 meter dari gapura kampung. Tak ada sampah di sepanjang jalan gapura menuju rumpun bambu.

"Awalnya, warga menanam pohon-pohon bambu itu bukan sengaja untuk sarang burung, melainkan untuk menahan embusan angin, tapi sekitar 1975 burung-burung itu mulai hinggap di rumpun bambu dan semakin lama semakin banyak," cerita Ujang.

Jumlah burung berbulu putih serta berkaki dan berparuh panjang yang kerap menclok di rumpun bambu Kampung Ranca Bayawak, diperkirakan mencapai 2.700 ekor.

Ujang mengaku jumlah burung-burung tersebut dari pengamat dan peneliti burung Bicon Universitas Padjajaran yang datang ke kampungnya.

Burung Kuntul hinggap di rumpun bambu di Kampung Ranca Bayawak, Kelurahan Cisaranten Kidul, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung. Foto diambil Rabu (20/1/2016). TRIBUN JABAR/LUTFI AHMAD

"Namun, entah sampai kapan. Keberadaan mereka terancam karena pembangunan real estate ini," Ujang membagi rasa cemasnya.

Ia berujar, dari 14 hektare luas kampung, sebagian memang sudah dibeli pengembang perumahan karena pemiliknya memang bukan orang asli Kamung Ranca Bayawak.

"Kebanyakan masyarakat di sini hanya buruh tani. Kebanyakan dari kami petani, tapi tak punya lahan sendiri," kata dia.

Dari 14 hektare tanah tersebut, masih terdapat lima hektare milik pemerintah, meski begitu ada harapan di situ.

Sebab, warga kampung sebenarnya menolak pembangunan real estate di Ranca Bayawak, selain merusak lingkungan, pembangunan juga mengancam populasi burung kuntul.

Ia mendorong Pemerintah Kota Bandung ikut membantu penyelamatan populasi burung kuntul ini.

"Coba saja, cari burung kuntul di Bandung yang bersarang seperti di rumpun bambu seperti di Ranca Bayawak, pasti tidak ada. Oleh karena itu, burung yang ada di sini harus dijaga dan dilestarikan," kata Ujang.

Burung Kuntul hinggap di rumpun bambu di Kampung Ranca Bayawak, Kelurahan Cisaranten Kidul, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung. Foto diambil Rabu (20/1/2016). TRIBUN JABAR/LUTFI AHMAD

Paling tidak, pemerintah membuatkan taman burung kuntul di sana. "Jika itu dibuat, pasti akan banyak yang datang ke sini, dan menyelamatkan lahan pertanian untuk habitat burung-burung itu," katanya lagi.

Di Gedebage memang ada ratusan hektare yang bisa dipergunakan untuk pembangunan.

"Kami hanya meminta pemerintah menyelamatkan sedikit saja supaya populasi burung kuntul terselamatkan," tegas Ujang.

Selama ini,  ia dan warga Kampung Ranca Bayawak, terutama para pemuda, selalu menjaga habitat burung-burung ini dari tangan jahil.

"Apalagi dalam Perda Nomor 11 tahun 2005 ada larangan untuk mengganggu pohon dan burung. Tapi, kalau lahan pertaniannya semua dibangun real estate, burung-burung itu tidak hanya akan terganggu, tapi terancam punah. Panda saja yang dari luar negeri dibikinin taman, ini burung kuntul, adanya di Kota Bandung, masa dibiarkan," kritik Ujang.

Dulu ada delapan rumpun bambu yang jadi sarang kuntul di Kampung Bayawak. "Sekarang hanya tinggal empat," Ujang menyayangkan.

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas