Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Perkebunan Teh Gambung, Jejak Cinta Tersisa RE Kerkhoven

Napak tilas jejak Rudolph Eduard Kerkhoven, perintis dan pembangun perkebunan teh Gambung dipandu buku Sang Juragan Teh sungguh fantastis.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Perkebunan Teh Gambung, Jejak Cinta Tersisa RE Kerkhoven
Tribun Jabar/Machmud Mubarok
Peserta jelajah Gamboeng Vooruit berdiskusi tentang buku Sang Juragan Teh karya Hella Haasse terbitan Gramedia Pustaka Utama di PPTK Gambung, Minggu (17/1/2016). 

Hingga akhirnya Jenny didera penyakit syaraf dan depresi. Ia merayakan kematiannya cukup tragis: bunuh diri minum racun.

Kisah itulah yang tertuang dalam roman Heeren van de Thee karya Hella S Haasse yang diterjemahkan menjadi Sang Juragan Teh terbitan Gramedia Pustaka Utama.

Buku itu pula yang memandu puluhan orang untuk turut serta menjelajah ke Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung, peninggalan RE Kerkhoven pada Minggu (17/1/2016) lalu. Acara itu diinisiasi oleh Gamboeng Vooruit & Co, kolaborasi Balad Junghuhn dan Tjimahi Heritage.

Penjelajahan dan diskusi buku menjadi santapan utama para peserta. Dipandu Maman Sulaeman, staf di Divisi Agrowisata PPTK Gambung, peserta begitu antusias berkeliling kebun teh sambil mendengarkan penjelasan seluk-beluk teh serta menziarahi makam RE Kerkhoven, Jenny, dan makam tak bernama.

"Dulu saya melihat Belanda itu penjajah semata. Tapi setelah saya membuka kembali sejarah Gambung, lalu mendengar cerita-cerita dari para sepuh, pandangan saya terbuka, bahwa tidak semua Belanda itu penjajah, karena ada juga yang baiknya, seperti Kerkhoven ini," kata Maman.

Menurut Maman, perkebunan teh ini merupakan harta karun tak ternilai yang ditinggalkan Kerkhoven. Ia membawa rombongan ke sebuah bak penampungan air yang dibangun oleh Kerkhoven untuk disalurkan ke rumah-rumah warga sekitar Gambung.

"Sayangnya tak ada lagi peninggalan Kerkhoven yang utuh dan bisa kita saksikan, selain perkebunan teh ini. Rumahnya sudah tidak ada, diganti jadi gedung PPTK ini," kenang Maman.

Berita Rekomendasi

Tak hanya Maman yang bercerita soal Kerkhoven dan perkebunan teh Gambung, sejumlah pembicara lain juga turut menyampaikan pandangannya pada sesi diskusi.

Mochamad Sopian Ansori bercerita tentang sejarah perkebunan di Jawa Barat, lalu Andrenaline Kataris mengulas dari sisi sastra kolonial. Tak ketinggalan Meggy P Soedjatmiko, editor buku Sang Juragan Teh pun, pun urun bicara.

Meggy berujar, kisah Kerkhoven adalah sejarah yang dinovelisasi oleh Hella Haasse.

"Data-datanya primer, berdasar dokumen dan surat-surat keluarga Kerkhoven. Diberi sentuhan fiksi oleh Hella. Saya menggarap buku ini selama delapan bulan. Makanya senang bisa sampai di Gambung," aku Meggy.

Begitu pula para peserta merasakan keseruan berada di Gambung, bisa menjelajah dipandu sebuah buku, lalu mendiskusikannya di tempat keluarga RE Kerkhoven sebagai saudagar teh dari Priangan. Tentu saja mendiskusikannya di sini sangat bermakna dibanding di tempat lain.

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas