Pria di Kabupaten Ini Berpandangan Divaksetomi Berarti Dikebiri
Saida Potabuga mengajak kaum pria dapat berpartisipasi menurunkan angka kelahiran dengan menggunakkan kontrasepsi khusus pria yakni vaksetomi
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Manado Aldi Ponge
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Kaum pria di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) masih enggan menggunakkan kontrasepsi vaksetomi.
Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BPPPA dan KB) Boltim, Saida Potabuga mengatakan, pihaknya terus menggalakan agar kaum pria dapat berpartisipasi menurunkan angka kelahiran dengan menggunakkan kontrasepsi khusus pria yakni vaksetomi.
"Ini untuk mengedepankan hak wanita. Sebab selama ini wanita yang dipaksa menggunakan KB. Padahal ada wanita yang tidak nyaman dan tidak cocok menggunakkan kontrasepsi. Itu menganggu kesehatan mereka," ucap Saida, Kamis (4/2/2016).
Namun upaya tersebut terbentur oleh pengetahuan dan pemahaman masyarakat terkait vaksetomi tersebut. "Mereka (pria) menganggap bahwa vaksetomi dikebiri, padahal tidak. Justru menjadi vitamin dalam tubuh," tegasnya.
Dia mengungkapkan Boltim pernah mendapat penghargaan karena berhasil mendapatkan peserta vaksetomi terbanyak, pada 2014.
Namun prestasi tersebut menurun pada 2015 yang tak ada peserta baru.
"Jumlah peserta kontrasepsi vaksetomi ada 34 orang. Itu peserta lama. Tahun lalu ada calon peserta 10 orang. Saat akan operasi, dokter dari provinsi berhalangan. Saat diundang ulang, mereka sudah tak mau karena salah informasi, takut dikebiri," terangnya.
Pihaknya akan melakukan lagi upaya agar ada keikutsertaan pengguna kontrasepsi vaksetomi tersebut.
Partisipasi masyarakat untuk ber-KB makin tinggi namun sebagian besar masih menggunakkan pil dan suntik.
Pihaknya mendorong agar PUS menggunakan kontrasepsi yang jangka panjang seperti implan.
"Pengguna IUD (Intrauterine Device) atau KB spiral 25 peserta, MOW (Metode Operasi Wanita) tiga orang, Kondom 97 peserta, Implan 1.230 peserta, Suntikan 9.102 perserta dan Pil 13.635 peserta," ungkapnya.
Pelayanan KB dilakukan dengan bekerjasama dengan dinas kesehatan dalam setiap program Posyandu. Namun pihaknya pun turun lapangan untuk memasang alat KB secara gratis ke desa-desa.
"Jika ada laporan kader PPKBD bahwa ada lebih dari 10 orang, maka kami akan turun melakukan pelayanan gratis. Untuk setiap harinya sudah diserahkan kepada Bidan yang ada di Posyandu," terangnya.