Kalahkan Pendiri Facebook, Afrizal Blak-blakan Soal Jutaan Followernya
Afrizal yang mendapat jutaan simpati di Facebook, pernah belajar menjadi hacker saat ia dulu pernah bekerja sebagai penjaga warnet.
Editor: Rendy Sadikin
Laporan Wartawan TRIBUN MEDAN, Abul Muamar
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Afrizal (21 tahun), pria yang posting-posting-an mendapat jutaan simpati di Facebook, pernah belajar menjadi hacker saat ia dulu pernah bekerja sebagai penjaga warung internet (warnet).
"Kemarin pernah sempat ikut hacker, untuk naikkan follower gitu. Pernah sempat belajar. Yang saya pelajari cara nambah follower aja," ujarnya, kepada www.tribun-medan.com, saat ditemui di RSUD Pirngadi Medan, Rabu (10/2/2016).
Dikatakan Afrizal, hacker-hacker yang ia kenali kebanyakan berada dari luar Kota Medan.
"Saya pun gak kenal mereka langsung. Cuma lewat Facebook aja. Saya dikasih teorinya. Terus dia kirim link. Terus saya klik. Di situlah saya belajar," katanya.
Cara untuk menambah follower, kata Afrizal, adalah dengan menyebarkan list akun Facebook-nya kepada para pengguna Facebook yang sedang aktif.
"Dia sebangsa phishing. Saya sebarkan list saya, tapi bukan saya yang nyebarkan. Dia pakai komputer. Dia pakai aplikasi lagi. Masuklah dia berupa virus. Misalnya list saya masuk ke Facebook Anda, Anda gak tahu. Tiba-tiba Anda sudah jadi follower saya secara otomatis," katanya.
Meski tak lama bekerja di warung internet (warnet), Afrizal mengaku tetap mendalami ilmu hacking.
"Cuma memang saya dalamin terus. Karena saya gak ada kerjaan lain. Bahkan dulu saya sempat ikut auto-like. Itu yang nge-like bukan hanya dari Indonesia. Entah dari mana-mana aja. Dari luar pun nge-like. Dari Arab, Perancis, macem-macem. Tapi sekarang udah gak lagi. Udah lama gak lagi," katanya.
Automatic-like, kata Afrizal, pada saat itu diperjualbelikan dengan upah pulsa.
"Jadi auto-like itu jual beli. Misalnya Anda mau Facebook Anda banyak yang nge-like. Anda hubungi saya, misalnya. Anda beli auto-like sama saya. Nanti postingan Anda saya bikin 2.000 like. Jadi bisa dibilang like itu palsu sebenarnya," katanya.
Afrizal mengaku tak punya motivasi apapun selain demi kepuasan batin dalam membuat Facebooknya banyak disukai.
"Kalau banyak yang nge-like ya, seneng aja. Kalau untung duit sih gak ada. Paling kalau jual beli auto-like itu orang ngasih pulsa. Itu aja," katanya.
Soal akun Facebook-nya yang kini diikuti oleh jutaan orang, Afrizal megaku tak menyangka.
"Itu akun 2013 bikinnya. Saya biasa kalau update status 150 sampai 200 yang nge-like. Kadang-kadang 500 likers. Tergantung fotonya juga. Tapi pas (sewaktu) istri saya koma itu, saya terkejut. Saya gak nyangka bisa sebanyak itu yang nge-like, yang komen," katanya.
Bahkan kini, Afrizal kebanjiran like dan komen dan pesan masuk.
"Facebook saya ini terus ada pemberitahuan. Di arsip pesan, di inbox banyak kali gak terbaca saya. Ada 200 lebih. Ada yang doain. Banyaklah. Macem-macem. Gak sempat saya baca satu per satu," katanya.
Belakangan, ia mengaku hanya mengandalkan telepon genggam milik almarhum istrinya untuk mem-posting sesuatu di Facebook.
"Ini HP istri saya dulu. Saya kalau update status dari sini aja," katanya seraya membuka akun Facebooknya dengan lihai.
Postingan Afrizal di dunia maya soal kehidupannya dan belitan masalah yang mengitarinya cukup fanomenal, bahkan postingannya mampu mengalahkan ucapan selamat hari raya Imlek pendiri Facebook, Mark Zuckerberg.
Perlu dicatat, Afrizal melemparkan postingannya pada 7 Februari 2016 lalu atau dalam tempo dua hari saja sudah menjaring 57.002 komentar dari para netizen di Facebook.
Sementara itu Zuckerberg sejak tiga hari yang lalu tepatnya 6 Februari 2016 hanya bisa menjaring 46.775 komentar yang berasal dari seluruh dunia.
Tidak hanya itu, Afrizal juga menjaring sebanyak 267.306 likes dan 8.236 kali share.
Padahal melihat postingannya ditulis dalam bahasa Indonesia, para netizen yang bersimpati kepada tulisannya kemungkinan juga berasal dari Indonesia.