Saat Memberikan Sambutan Dandim Batanghari Perintahkan Ajudannya Push Up
Tidak diketahui musabab hukuman push up bagi ajudan Dandim namun, diduga karena tindakan indisipliner
Penulis: Dedi Nurdin
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Dedi Nurdin
TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Upacara serah terima senjata api rakitan di Makodim 0415/Batanghari sempat tersita.
Secara tiba-tiba Dandim memberi punishman kepada ajudannya hukuman push up 10 kali.
Hal ini pun menjadi tontonan bagi personel lainnya yang tengah khusyuk mengikuti upacara.
"Pushup kamu," kata dandim 0415/Bth, Letkol Arm Widodo Noercahyo yang secara tiba-tiba menghentikan sambutannya sejenak.
Kemudian diikuti sikap push up oleh ajudannya.
Tidak diketahui alasan pemberian hukuman push up bagi ajudan Dandim namun diduga karena tindakan indisipliner.
Dandim 0415/Bth saat melanjutkan sambutannya menyampaikan tak segan memberi hukuman bagi para prajurit di jajarannya yang bertindak melanggar aturan.
"Siapapun yang tidak di siplin akan mendapat hukuman, tapi bagi yang berprestasi, menjalankan tugas dengan baik saya akan berikan penghargaan,"katanya.
Dalam upacara yang berlangsung senin (18/2/2016) pagi, Dandim menerima langsung 65 pucuk senjata api rakitan atau yang biasa disebut kecepet dari warga.
Sebanyak 26 babinsa termasuk komandan unit diberi penghargaan atas keberhasilannya melakukan pendampingan kepada masyarakat.
"Termasuk kepada warga yang sudah secara sadar dan sukarela menyerahkan senpi rakitan miliknya kita beri penghargaan. Mereka ini bagian dari Kodim,"ujarnya.
Dari 65 senpi rakitan yang diserahkan warga, dua diantaranya jenis laran pendek berikut dua butir peluru.
Dandim berharap, warga lainnya juga akan secara sukarela menyerahkan senpi rakitan miliknya.
Senpi rakitan ini di masyarakat dikenal dengan sebutan kecepet.
Kecepet sudah ada sejak masa perang dulu. Alat ini digunakan warga untuk berburu dan menjaga kebun dari serangan hewan liar seperti babi hutan.
Sebanyaj 65 senpi rakitan ini berasal dari warga Bungku dan Pelempang, Kabupaten Batanghari dan Muarojambi.
"Ini sudah dari nenek moyang kami dulu, kami pake untuk jaga kebun. Berburu babi di hutan, hasilnya kami jual," kata Soleh Ketua RT 10 Desa Pelempang, Kabupaten Batanghari.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.