Sleman, Bantul dan Yogyakarta Terbanyak Pasien DBD, Dua di Antaranya Meninggal
Dari tahun-ke tahun korban jiwa akibat terserang virus dengue dipastikan terus ada.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) tak kunjung usai di Indonesia.
Nyamuk Aedes aegepty tak henti-hentinya berkembang biak dan menyebarkan virus dengue ke masyarakat.
Dari tahun-ke tahun korban jiwa akibat terserang virus dengue dipastikan terus ada. Di tahun 2016 ini saja, sudah dua pasien DBD meninggal dunia di RSUP Dr Sardjito.
"Setelah dikompilasi fix-nya tahun 2016 ini, untuk bulan Januari ada 28 pasien DBD dan yang meninggal 1 anak laki-laki, inisialnya MHA, berusia 6 tahun, warga Margoluwih Seyegan Sleman," ujar Trisno Heru Nugroho, Kahumas RSUP Dr Sardjito.
Sedangkan di bulan Februari ada 26 pasien DBD, satu masih dirawat di ICU mengalami Dengue Shock Syndrome inisial A dan merupakan karyawan dari RSUP Dr Sardjito warga Kadisoka Purwomartani Kalasan Sleman.
"Satu pasien telah meninggal, perempuan, inisial AD 8 tahun mengalami DSS," kata dia.
Jika dilihat dari jumlah pasien DBD di RSUP Dr Sardjito selama 2016 ini, jumlahnya hampir sama mendekati dengan kasus di tahun 2015 di bulan yang sama.
Namun, untuk tingkat kematian pasien DBD, di 2016 ini telah mengalami penurunan.
Jika pada 2015 lalu, di bulan Januari ada sejumlah 32 pasien DBD dan 9 di antaranya meninggal dunia. Februari 2015, pasien DBD yang rawat inap sejumlah 36 pasien dan 3 di antaranya meninggal dunia.
Dilihat dari data tersebut, maka untuk 2016 ini terjadi penurunan kematian penderita DBD namun untuk jumlah pasien hampir mendekati sama dengan tahun lalu.
Pasien DBD pada bulan Februari 2016 ini banyak berasal dari daerah Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta.
Sejumlah pasien tersebut kebanyakan berasal dari daerah endemis yang biasa terjadi kasus DBD seperti daerah Umbulharjo, Ngampilan, Kadipiro, dan kantong-kantong endemis lainnya.
"Pada saat masuk kesini, kebanyakan dalam kondisi yang baik, yang sedini mungkin mereka tahu dan segera diperiksakan ke rumah sakit. Jika dirawat sedini mungkin maka perjalanan buruk bisa diminimalisir," tambah Trisno Heru Nugroho.
Namun menurutnya ada juga pasien yang dibawa ke rumah sakit sudah dalam keadaan Dengue Shock Syndrome (DSS). DSS adalah fase terburuk dari perjalanan DBD.