Harga Cabai Melambung, Tapi Petani Cabai di Sumenep Malah Mengeluh, Kenapa?
Ratusan petani cabai di Kecamatan Rubaru, Sumenep, Madura, Jatim dipastikan merugi karena puluhan hektar tanaman cabai mereka diserang ulat
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SUMENEP - Ratusan petani cabai di Kecamatan Rubaru, Sumenep, Madura, Jawa Timur (Jatim) dipastikan merugi karena puluhan hektar tanaman cabai mereka diserang hama ulat.
"Serangan ulat terjadi sejak dua minggu terakhir ini, yang diawali dengan timbulnya bintik-bintik hitam, lalu berubah warna putih dan berbusa," kata Mohammad Farhan, salah seorang petani cabai Desa Basoka Kecamatan Rubaru, Jumat (26/2/2016).
Berbagai upaya dilakukan petani untuk mengatasi serangan hama ulat, salah satunya dengan menyemprotkan pestisida pada bagian daun cabai. Tetapi upaya itu tidak membuat ulat mati atau pindah, daun cabai justru jadi rontok sebelum buahnya dipanen.
Ditambahkannya, hama ulat yang menyerang tanaman cabai petani sangat parah dibandingkan tahun sebelumnya.
"Kami berharap, ada solusi dari pemerintah agar kerusakan cabai petani tidak semakin parah," harapnya.
Kerusakan itu membuat para petani tak bisa menikmati keuntungan disaat harga cabai naik.
Pantauan di Pasar Anom Baru Sumenep, harga cabai, baik itu cabai keriting, cabai besar, cabai rawit, dan cabai kecil terus meroket.
Untuk harga cabai merah besar keriting mencapai Rp 30 ribu perkilogram. Harga tersebut naik Rp 5000 dibanding pekan lalu.
"Kenaikan harga juga terjadi pada cabai merah besar, yang mencapai Rp 38.000 perkilogram. Sedang cabai kecil biasa, naik menjadi Rp 15.000 perkilogram," jelas Heni Yulianto, Kabid Perdagangan, Disperindag Sumenep.
Dikatakan, kenaikan paling tajam terjadi pada cabai rawit yang sebelumnya hanya Rp 8000 perkilogram, saat ini melonjak menjadi Rp 17.000 perkilogram.
Kenaikan harga cabai rawit diduga akibat pengaruh musim. Musim penghujan, katanya membuat banyak cabai rawit yang busuk sehingga stok berkurang sedangkan permintaan tetap tinggi.