Hebatnya Pasutri Ini, Cinta Kasih kepada Sesama Diwujudkan Merawat 35 Orang Gila
Orang pertama adalah seseorang yang dipasung karena mengalami gangguan jiwa dan dianggap meresahkan warga. Karena kasihan lalu dibawa ke tempatnya
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Jateng Suharno
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Umumnya pasangan muda kerja keras untuk menikmati kesenangan hidup, namun pasangan Robert Nadeak (40) dan Christina Ernawati (38) ini melakukan sesutu yang mungkin dianggap orang tidak lumrah, yakni merawat orang gila.
Saat Tribun berkunjung ke panti perawatan, teriakan dan beberapa kata umpatan terdengar dari bangunan yang terletak di sudut tanah kosong di Jalan Sudiarta, Joyosuran, Solo, Selasa (1/3).
Seorang laki-laki terlihat memandang ke arah jalan dari balik pintu teralis bangunan tersebut.
Di tembok bangunan, terdapat tulisan Panti Jati Adulam Ministry, Rehabilitasi Mental.
Ketika menengok dari balik pintu masuk, terlihat sejumlah orang yang sedang asyik beraktifitas masing-masing yang jumlahnya puluhan.
Robert mengawali pembentukan panti pada 2007 di Telukan, Grogol, Sukoharjo mengatakan, dirinya mendirikan panti ini didasarkan atas cinta kasih kepada sesama.
"Pertama saya di Wonogiri melihat orang dipasung karena mengalami gangguan jiwa dan dianggap meresahkan warga. Karena kasihan, saya akhirnya membawanya ke tempatku," ujar Robert kepada Tribun Jateng.
Setelah itu, Robert terpanggil untuk membantu orang gila yang telantar di jalan.
Ada pula keluarga yang menitipkan anggotanya ke panti meski akhirnya tidak pernah dijenguk.
"Saat ini ada 35 orang di panti, 15 perempuan dan 20 laki-laki," sambungnya.
Sang istri yang saat itu masih menjadi guru Bahasa Inggris di sebuah SMP sempat menolak aktivitas Robert.
Christina masih takut berurusan dengan orang gila, namun hatinya ikut tergerak semangat suami untuk melayani sesama, Christina akhirnya total membantu.
Robert memaparkan tidak mudah untuk mengobati kejiwaan orang gila.
Bahkan pelipis matanya sempat sobek lantaran tertimpuk batu oleh orang yang ditampungnya.
"Pertama-tama, mungkin mereka takut dikira mau diapain. Hal tersebut wajar, tetapi saya dan istri harus menganggap mereka bagian keluarga kami sehingga mereka merasa nyaman," katanya.
Sejumlah aktifitas yang dilakukan penghuni panti seperti berolahraga setiap pagi, menjemur kasur yang semalam dipakai dan diompoli, hingga pemberian konseling untuk memotivasi hidup mereka.
Dia juga pernah mengajak para anggota panti untuk berwisata di Tawangmangu tapi warga binaannya kerap mengambil makanan pengunjung lain.
Menurutnya, jiwa seseorang yang terguncang bisa disembukan apabila ada orang-orang yang mengasihinya.
"Sejumlah anggota panti ada yang bisa sembuh. Bahkan mereka bisa beraktifitas lagi di dunia luar seperti ada yang jadi petani, guru hingga pegawai negeri," paparnya.
Berpindah-pindah tempat
Tidak semua orang bisa menerima aktivitas Robert dan istri. Ada saja warga yang menolak keberadaan mereka sehingga Robert dan warga binaannya harus berpindah-pindah tempat.
Bahkan, setelah membeli lahan di Kecamatan Mulur, Sukoharjo, mereka tidak bisa menempati untuk mendirikan panti karena penolakan warga.
"Ya mau bagaimana lagi, kami sudah lelah mengurusi anggota panti dan tidak ingin menguras energi lagi untuk berdebat dengan warga. Akhirnya kami menempati rumah sekarang yang merupakan bekas sekolah di Joyosuran, Kecamatan Pasar Kliwon sejak bulan November 2015," jelasnya.
Terkait dana yang digunakan untuk mengurusi anggota panti, Robert mengatakan ada beberapa kenalan yang ikut membantu, seperti memberikan pakaian bekas pantas pakai atau makanan.
Dia juga menjelaskan, sejumlah warga binaan yang sudah stabil menggarap tanah di Mulur yang tidak jadi dibangun panti. Hasilnya digunakan untuk menghidupi anggota panti.
"Yang paling mendesak kami memerlukan tempat permanen karena di sini (Joyosuran), hanya ada tiga ruangan untuk kamar dan satu kamar mandi," tandasnya.
Seorang anggota panti yang sudah sembuh, Kamtinah (45) mengaku sangat bersyukur bertemu Robert dan istri.
"Saya dari Sukoharjo dibawa Pak Robert ke sini. Dulu setelah ditinggal suami saya hidup gak jelas dan menggelandang di jalanan. Saya bersyukur sekarang gak di jalan lagi dan membantu memasak di sini," paparnya.