Bayi Watusi Kebun Binatang Surabaya Hanya Bertahan Hidup Enam Hari
Bayi Watusi betina yang lahir Kamis (3/3/2016) pukul 04.30 WIB di Kebun Binatang Surabaya (KBS) ternyata tak bisa bertahan lama.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Bayi Watusi betina yang lahir Kamis (3/3/2016) pukul 04.30 WIB di Kebun Binatang Surabaya (KBS) ternyata tak bisa bertahan lama.
Anak kedua dari pasangan banteng Afrika ini menghembuskan nafas terakhir Rabu (9/3/2016) pukul 01.05 WIB. Sejak lahir bayi Watusi ini memang kondisinya sangat lemah.
Bayi Watusi yang pada saat lahir berbobot 25 kg ini tidak dapat berdiri tegak.
Keadaan ini menyebabkan kesulitan untuk mendekat dan menyusu kepada induknya.
"Pada kondisi normal, bayi Watusi hanya memerlukan beberapa jam untuk dapat berdiri tegak. Namun ini hingga seharian tidak bisa berdiri tegak," ungkap Aschta Boestani-Tajudin, Pjs Direktur Utama PD Taman Satwa KBS lewat rilis yang dikirim ke Harian Surya, Rabu (9/3/2016) petang.
Aschta memaparkan, pada minggu pertama setelah kelahiran, penting bagi bayi satwa menyusu kepada induknya untuk mendapatkan colostrum.
Tim Medis PDTS KBS, kemudian, mensiasati dengan memberi susu formula tambahan setiap dua jam sekali sebesar 144 cc.
Colustrum adalah susu yang dihasilkan oleh kelenjar susu dalam tahap akhir kehamilan dan beberapa hari setelah kelahiran bayi.
Colustrum penting untuk bayi mamalia karena mengandung banyak gizi dan zat-zat pertahanan, serta mensuplai berbagai faktor kekebalan dan faktor pertumbuhan.
"Colustrum golongan Bovine (sapi dan termasuk banteng) empat ratus kali lebih kaya akan faktor imun daripada colostrums manusia," papar Ascta.