Kisah Pendi Delapan Tahun Menyisir Sampah Sungai Kapuas
Sungai Kapuas, hingga kini masih menjadi urat nadi bagi warga Kota Pontianak.
Penulis: Tito Ramadhani
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Sungai Kapuas, hingga kini masih menjadi urat nadi bagi warga Kota Pontianak.
Selain dimanfaatkan sebagai jalur transportasi, air di sungai ini juga bahkan masih digunakan untuk mandi dan mencuci.
Namun, masih ada pula segelintir warga yang kurang menyadari betapa pentingnya peran Sungai Kapuas bagi warga Kota Pontianak.
Sehingga masih ditemukannya sampah plastik yang mengapung serta benda-benda logam yang dibuang begitu saja di tepian sungai.
Pendi (36), satu di antara pemulung sampah di Sungai Kapuas. Ia mengaku telah menekuni pekerjaan sebagai pemulung sejak delapan tahun silam.
Dengan mengayuh perahu kayu, setiap harinya Pendi menyisir satu persatu sampah-sampah yang bernilai ekonomi di pinggiran Sungai Kapuas.
"Banyak jenisnya, ada plastik, logam seperti aluminium, besi, saya tumpuk di perahu ini," ungkapnya saat ditemui tak jauh dari Taman Alun Kapuas, Jumat (11/3/2016) sore
Warga Gang Teluk Berlian, Jl Khatulistiwa, Pontianak Utara ini mengisahkan, sebelum menekuni pekerjaan memulung tersebut, ia sempat bekerja selama tiga tahun di pabrik keramik.
Namun kini, setelah ia menekuni pekerjaan mencari barang bekas, bapak dua anak ini dalam sehari bisa meraup hasil hingga lebih dari Rp 100 ribu perhari.
"Dulu saya pernah bekerja di pabrik keramik di Batu Layang, tapi ndak lama ada teman saya menawarkan pekerjaan ini, jadi nanti hasil yang terkumpul, dijual ke teman saya. Ndak tentu, bisa Rp 110 ribu, kadang Rp 130 ribu, karena macam-macam jenisnya," paparnya
Dengan ketekunannya, setidaknya dapat mengurangi pencemaran sampah atau barang bekas pakai, yang dibuang begitu saja oleh tangan-tangan warga yang tak bertanggungjawab. Sehingga terus menerus mengotori sungai kebanggaan warga Kota Pontianak.