Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Atasi Masalah Banjir di Yogyakarta, Perlu Penanganan Menyeluruh dari Hulu ke Hilir

Di daerah sepanjang aliran sungai seperti di daerah Sleman juga sudah banyak daerah resapan yang hilang akibat adanya alih fungsi lahan jadi kemukiman

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Atasi Masalah Banjir di Yogyakarta,  Perlu Penanganan Menyeluruh dari Hulu ke Hilir
TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI GHOZALI
Warga menungu surutnya air banjir yang menggenangi pemukiman meraka akibat meluapnya sungai Winongo di Suryowijayan, Gedong Kiwo, kota Yogyakarta, Sabtu (12/3/2016). Akibat hujan deras di Gunung Merapi mengakibatkan sejumlah sungai mengalami peningkatan debit air dan meluap ke perkampungan warga. TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI 

Laporan Wartawan  Tribun Jogja, Khaerur Reza

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA  - Banjir yang terjadi di Sungai Winongo Sabtu (12/3/2016) malam merupakan yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir, butuh pengelolaan menyeluruh dari hulu ke hilir untuk menghindari hal serupa terulang kembali.

Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) DIY,  Halik Sandera mengatakan banjir biasanya terjadi karena ada masalah pada hulunya.

Apalagi saat kejadian wilayah Yogyakarta yang mendapat dampak paling besar dari banjir tersebut justru tidak dilanda hujan lebat.

"Kalai banjir kalau meluap dari sungai berarti debitnya besar, itu asalnya bisa dari mana saja. Biasanya kawasan hulunya yang bermasalah," ujarnya saat berbincang dengan Tribunjogja.com Senin (14/1/2016).

Bermasalah dalam artian daerah yang biasanya menjadi resapan air di bagian hulu sudah terganggu atau rusak sehingga air dalam jumlah banyak langsung mengalir ke sungai bukan meresap ke daerah yang lebih atas dahulu.

Namun bukan hanya di daerah hulu, di daerah sepanjang aliran sungai seperti di daerah Sleman juga sudah banyak daerah resapan yang hilang akibat adanya alih fungsi lahan dari kebun atau hutan menjadi kawasan lain seperti pemukiman.

Berita Rekomendasi

Sementara itu di perkotaan juga tidak jauh berbeda karena padatnya penduduk membuat pemukiman warga berada sangat mepet dengan bantaran sungai dengan kepadatan yang sangat rapat.

Padahal hampir seluruh jalanan yang ada sudah berupa aspal ataupun paving blok.

"Kita lihat sendiri kalau hujan deras di kota, sungainya belum meluap jalanannya banjirnya juga tinggi sekali," tambahnya.

Hal ini berlaku bukan hanya untuk Sungai Winongo namun juga sungai-sungai lain yang ada di DIY seperti Code, Gajahwong dan lainnya.

Problemnya menurutnya hampir sama dimana daerah sempadannya sudah berkurang, atas sudah penambangan di bawah sudah jadi pemukiman.

Seluruh Pemda dan Pemkab terkait yang dilewati oleh sungai seperti Sleman Yogyakarta dan Bantul harus melakukan komunikasi untuk membahas pengelolaan sungai secara utuh dari hulu ke hilir agar kejadian serupa tidak terjadi lagi.

"Sungai jarang dilihat secara utuh sebgai kawasan DAS (Daerah Aliran Sungai), karenanya harus ada penanganan menyeluruh dari hulu ke hilir," ujarnya.

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas