Gerakan Jogja Independen Siapkan 30 Nama Bakal Calon Wali Kota Yogyakarta
Gerakan Jogja Independen menyiapkan setidaknya 30 nama bakal calon Wali kota independen yang memiliki track record yang baik di bidangnya.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Pemilihan wali kota Yogyakarta semakin dekat. Beberapa pihak sudah mulai memunculkan nama bakal calon Walikota Yogyakarta.
Namun, disatu sisi kepercayaan masyarakat terhadap calon dari parpol mulai luntur melihat tidak adanya perubahan dari Kota Yogyakarta terkait tata letak, sampah visual, dan hal-hal terpenting lainnya.
Dari situlah masyarakat merasa perlu untuk memunculkan calon independen.
Gerakan Jogja Independen dan beberapa akademisi dari Kota Yogyakarta sudah menyiapkan setidaknya 30 nama bakal calon wali kota independen yang memiliki track record yang baik di bidangnya masing-masing.
Mereka di antaranya dari kalangan pengusaha, birokrat, pegiat di lembaga keadilan masyarakat, aktivis difabel, aktivis perempuan, dan rata-rata pengusaha muda.
Setengah dari seluruh nama tersebut sudah dipastikan mau untuk maju dicalonkan menjadi wali kota melalui jalur independen.
"Kalau parpol nampaknya belum bisa diharapkan untuk bisa lebih progresif, kami tahu bahwa partai tetap penting tapi nampaknya masyarakat kalau berharap dari partai mungkin tidak ada perubahan yang signifikan. Kalau dibilang deparpolisasi ya tidak seratus persen tetapi ini menjadi salah satu bagian dari kami untuk melakukan pendidikan kepada masyarakat," ujar Subkhi Ridho, Pegiat Gerakan Jogja Independen.
Adapun beberapa nama yang dikantongi pihaknya untuk diusulkan menjadi calon independen wali kota Yogyakarta antara lain, Yustina Neni, Dr Siti Ruhaini Dz, Joni SIGAP, Lusy Laksita, Titok Haryanto, Ifa Aryani, dan Erlina Hidayati (masih dicalonkan).
Pihaknya menyatakan optimis jika calon independen harus berhadapan dengan calon dari partai politik.
Persyaratan yang harus dipenuhi sebanyak 8,5 persen dari populasi warga Kota Yogyakarta nampaknya bisa terpenuhi dengan adanya dukungan dari berbagai elemen masyarakat yang telah dikantongi.
Antara lain pengusaha, elemen kampus, pegiat komunitas, beberapa tokoh Yogyakarta yang cukup populer sudah menyatakan dukungannya kepada gerakan Jogja Independen untuk memunculkan bakal calon wali kota Independen.
Subkhi Ridho menambahkan setidaknya calon yang cocok menjadi wali kota Yogyakarta memiliki integritas, serta memiliki track record yang tidak menciderai masyarakat lokal.
Keberanian untuk melakukan terobosan menata Kota Yogyakarta juga diperluakan bagi seorang wali kota Yogyakarta.
"Keterbukaan atas kota Jogja yang sangat multikultur ini menghidupkan komunitas, simpul-simpul golongan yang memang sangat varian jangan kemudian diberangus. Untuk membuat birokrasi lebih mudah diakses, punya keterbukaan terhadap beberapa golongan aliran, tidak mematikan salah satu kelompok aliran golongan yang ada karena agama, etnik, lainnya, gender juga. Kalau kejujuran dan antikorupsi itu pasti," ujarnya.
Adanya calon independen tersebut menurut pihaknya bukan sebuah langkah untuk menolak keberadaan parpol karena dalam konteks demokrasi keberadaan parpol merupakan alat yang tidak boleh di hilangkan.
Namun, kondisi lima tahun terakhir menurutnya belum ada parpol yang berani melakukan terobosan serius untuk memunculkan figur baru.
Menurut Bambang Eka Cahya Widodo, Akademisi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, sebenarnya peluang calon independen sama besarnya dengan calon dari partai politik.
Semua itu didasarkan pada masyarakat Yogyakarta yang lebih memilih seorang figur bukan partai yang mengusungnya.
"Anda bisa memiliki parpol pendukung yang sangat kuat dengan jumlah kursi yang banyak di parlemen. Tetapi kalau calon yang diusung tidak kena di hati masyarakat ya tidak jalan juga. Jadi pengalaman dalam konteks pilkada itu yang lebih menentukan itu siapa orangnya, masyarakat kenal tidak, kemudian punya kualitas tidak, karya nyatanya di masyarakat apa," ujar Bambang Eka Cahya Widodo.
8,5 persen dari masyarakat Kota Yogyakarta yang jumlahnya kurang lebih 5.000 orang. Setidaknya calon independen harus memiliki dukungan dari 25.000 KTP dari warga Kota Yogyakarta. Jumlah tersebut bukan jumlah yang sedikit.
Namun, menurut Bambang EC Widodo jika jumlah tersebut bisa dicapai oleh calon independen dan mendapatkan dukungan dari masyarakat dan kemudian parpol tidak mampu menyeleksi "calon berkualitas", maka sangat besar peluang bagi calon independen berkualitas untuk menjadi wali kota Yogyakarta.
"Dalam fenomena sekarang ada calon parpol yang tidak karuan, belum lama ada Bupati dua bulan dilantik tertangkap BNN berarti proses seleksi dalam parpol kita kurang baik dan ada figur seperti itu membuat orang menjadi pesimis terhadap parpol dan pesimis terhadap calon yag diusung parpol. Bahasanya Gunawan Muhammad itu,'calon independen menyelamatkan mereka yang masih percaya demokrasi tapi kehilangan kepercayaan terhadap parpol'," tambah Bambang Eka Cahya Widodo.