Beberapa Tahun tak Ada Bayi Lahir, Bupati Malinau Stop Program KB
Kabupaten Malinau terancam kehilangan beberapa generasi karena minimnya angka kelahiran, terutama di pedesaan.
Editor: Sugiyarto
"Bagaimana mau dipertahankan kalau murid SD di desa itu tidak ada. Kalaupun ada, hanya satu orang murid." Yansen TP, Bupati Malinau
TRIBUNNEWS.COM, MALINAU - Kabupaten Malinau terancam kehilangan beberapa generasi karena minimnya angka kelahiran, terutama di pedesaan.
Demikian disampaikan Bupati Malinau Yansen Tipa Padan saat ditemui Tribun, Jumat (18/3) kemarin.
Ia mencontohkan tiga desa di Kecamatan Pujungan, yakni Desa Long Pujungan, Long Paliran dan Long Pua', dan dua desa di Kecamatan Bahau Hulu, yakni Desa Long Kemuat dan Long Berini minim angka kelahiran.
"Persoalan ini sebenarnya juga dirasakan masyarakat Malinau lainnya, terutama di daerah perbatasan dan pedalaman. Di Long Paliran misalnya, pernah tidak ada kelahiran selama beberapa tahun. Begitu pula di Long Pua dan di Long Paliran. Melihat ini kan miris sekali. Padahal, luas Malinau 40.088 hektare atau 2/3 dari luas Provinsi Kaltara," jelasnya.
Ketika persoalan ini didiamkan berlarut-larut, ungkap Yansen, desa-desa di daerah tersebut akan hilang.
Minimnya kelahiran berimbas pada persoalan pendidikan, banyak sekolah di daerah perbatasan dan pedalaman terancam ditutup.
"Bagaimana mau dipertahankan kalau murid SD di desa itu tidak ada. Kalaupun ada, hanya satu orang murid. Seperti yang terjadi di Long Kemuat, guru mengajar di rumah siswa karena murid tersebut tidak memiliki kawan di kelas," ujarnya.
Sebelumnya Yansen telah menemui Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat untuk memberikan pemahaman terkait ancaman kehilangan penduduk ketika KB digencarkan di Malinau.
"Kami mendapat persetujuan tidak menjalankan program KB, dengan catatan Pemkab Malinau membuat program menjaga kesehatan ibu dan bayi," lanjutnya.
Dikemukakan, Malinau dengan 16 kecamatan dan 109 desa. Ada satu SD di Desa Long Payau Kecamatan Pujungan, muridnya di beberapa kelas hanya 3 orang, dengan jumlah murid SD tidak lebih dari 10 anak.
"Dapat kita bayangkan kalau sekolah itu hanya berisikan 3 orang murid. Ini merupakan suatu hal yang miris di daerah yang kaya sumber daya alam seperti di Malinau. Bahkan, juga ditemukan di Desa Long Puak, di desa tersebut sama sekali tidak ada kelahiran dari tahun 2013 hingga pertengahan tahun 2014 ini. Hal tersebut karena desa tersebut kekurangan penduduk perempuan," katanya.
Bukan hanya pendidikan yang terancam, sektor pertanian di desa-desa pun terkena imbasnya.
Banyak dari penduduk desa di perbatasan dan pedalaman yang telah berumur tua. Sedangkan, para pemuda tidak ada lagi di desa untuk meneruskan menggarap lahan pertanian.
Melihat fenomena tersebut, Yansen lalu mengambil kebijakan menghentikan program KB di Malinau selama 10 tahun, dengan harapan jumlah penduduk di Malinau bertambah banyak.