Melawan Reklamasi Teluk Benoa Dari Puncak Gunung Batur
Dari puncak Gunung Batur, Kintamani, Bangli, Minggu (20/3/2016), berkibar baliho dan spanduk berisi, 'Bali Tolak Reklamasi.'
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Darmendra
TRIBUNNEWS.COM, BANGLI - Dari puncak Gunung Batur, Kintamani, Bangli, Minggu (20/3/2016), sejumlah pendaki warga Bali mengibarkan baliho dan membentangkan spanduk.
Baliho dan spanduk yang dibentangkan pukul 05.30 Wita berisi pesan tegas, menolak reklamasi Teluk Benoa, 'Bali Tolak Reklamasi'.
"Ini konsep nyegara gunung. Dari segara sampai gunung kita suarakan untuk penolakan," kata koordinator gerakan, I Dewa Made Mertakota, akrab disapa Dewa Satak.
Aksi tersebut tak luput dari perhatian pendaki lain. Mereka pun turut larut serta menyerukan Bali Tolak Reklamasi.
"Para pendaki tentu mendukung kami. Mereka salut dengan gerakan ini. Banyak tamu asing yang kita jumpai. Mereka melihat lalu bertepuk tangan," tutur dia.
Dewa Satak mengatakan, spanduk dan bendera tidak ditinggalkan di sana. Pertimbangannya demi kebersihan Gunung Batur.
Pria yang pernah bersepeda keliling Bali untuk membawa pesan Bali Tolak Reklamasi ini, menyempatkan diri mengkoordinir pendaki lainnya bersih-bersih sampah di puncak Batur.
"Sekaligus kita menggalang aksi kebersihan memungut sampah. Spanduk dan bendera yang kita bentangkan, tidak kita tinggal karena pertimbangan kebersihan," jelasnya.
Lewat perjuangan tak kenal lelah, ia dan kawan-kawan berharap Presiden Joko Widodo mencabut Peraturan Presiden 51 Tahun 2014 yang diterbitkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Apabila terwujud, sekali lagi bersama Sekretariat Bersama Sepeda (SAMAS) Bali, ada ikhtiar akan bersepeda keliling Bali. Konsep yang dipakai juga nyegara gunung.
"Kami harap reklamasi dibatalkan. Dan bila dibatalkan, kami akan bersepeda lagi dengan konsep nyegara gunung sebagai bentuk syukur kami," kata dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.