Semula Malas Kuliah, Tapi Akhirnya Arida Jadi Wisudawati Terbaik ITS dengan IPK 3,89
gadis yang akrab disapa Arida ini, sempat putus asa bahkan orangtuanya pun ikut heran mengapa ia sampai gagal di tes-tes tersebut.
Editor: Sugiyarto
"Tugas akhir saya adalah hasil modifikasi dari proposal PKM saya yang didanai Kemenristekdikti pada 2013. Bedanya dulu lebih dalam mengenai botani, kali ini lebih meneliti tentang mikrobiologi," jelas putri pasangan Sarbini dan Siti Astutik.
Penelitian itu menghasilkan aktivator kompos yang kemudian diaplikasikan dalam skala industri di Madura. Namun saat ini sedang terhenti karena Arida fokus mempersiapkan kuliah S2 di Jepang.
"Rencananya ke Shizuoka University berdasarkan rekomendasi dari dosen pembimbing, tapi saya coba daftar ke Tokyo University juga," kata gadis berjilbab itu.
Arida menambahkan, orangtuanya tidak mempermasalahkan pilihan universitasnya, hanya saja mereka khawatir dengan kehidupannya di sana.
"Orangtua jelas khawatir, kan saya perempuan dan di sana nantinya akan hidup sendirian," ujarnya.
Ia mencoba menjelaskan pada orangtuanya bahwa di sana juga banyak mahasiswa asal Indonesia. Tapi ia juga tidak mau memaksa jika orangtua tidak mengijinkan.
"Saya ingat pesan dari dosen pembimbing bahwa hidup itu pilihan dan saya harus memilih sesuai dengan apa yang saya yakini tapi tidak melupakan restu orangtua," katanya.
Di manapun akhirnya, Arida tetap ingin melanjutkan sekolah.
"Sayang sekali jika sampai kehilangan waktu. Kehilangan uang tidak apa-apa, asal jangan membuang kesempatan. Saat ini masih ada waktu untuk sekolah lagi, saya ingin memanfaatkannya dengan baik," pungkasnya.