Tradisi Tumpek Kandang, Pesona Bali April 2016
Inilah Bali. Apa saja menjadi atraksi. Membuat kreasi dan inovasi apa saja bisa menjadi tambang bisnis yang tidak ada habis-habisnya.
Editor: Toni Bramantoro
Tri Hita Karana merupakan filosofis masyarakat Bali dengan tiga harmonisasi hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam dan manusia dengan lingkungan.
Ritual suci umat Hindu itupun menarik perhatian wisatawan terutama wisatawan mancanegara yang saat itu tengah berkunjung.
Sekadar informasi, untuk bebanten selamatan bagi sapi, kerbau, gajah, kuda, dan yang semacamnya dibuatkan bebanten: tumpeng tetebasan, panyeneng, sesayutdan canang raka.
Selain itu, untuk selamatan bagi babi dan sejenisnya: Tumpeng-canang raka, penyeneng, ketipat dan belayag. Sementara untuk bebanten sebangsa unggas, seperti: ayam, itik, burung, angsa dan lain-lainnya.
Direktur Program Doktor Ilmu Agama Pascasarjana Institut Hindu Dharma Indonesia Negeri Denpasar, Dr I Ketut Sumadi mengatakan, ritual Tumpek Kandang, mempersembahkan rangkaian janur (banten) berkombinasi bunga, kue dan buah-buahan khusus untuk binatang piaraan yang diharapkan mampu meningkatkan pendapatan keluarga.
Dalam ritual yang digelar setiap 210 hari sekali itu umat Hindu memuja Ida Betara Siwa dalam manifestasi sebagai Rare Angon.
Kata dia, ritual pada hari tersebut merupakan lambang korban suci untuk semua jenis binatang yang hidup di alam semesta, termasuk yang menjadi piaraan seperti sapi, kerbau, babi, dan ayam.
Tradisi Tumpek Kandang, ia melanjutkan, ditujukan untuk menyucikan binatang yang diharapkan bisa memberikan kesejahteraan bagi umat manusia.
Masyarakat Bali mewarisi Tumpak Kandang untuk menjaga tradisi memelihara kelestarian alam, keseimbangan ekosistem dalam mewujudkan hubungan yang harmonis antara sesama umat manusia, serta antara manusia dengan lingkungan dan Tuhan Yang Maha Esa (Tri Hita Karana).
Ketut Sumadi menjelaskan, dalam kehidupan sehari-hari, manusia kerap mengonsumsi daging yang bersumber dari hewan dan binatang. "Mengkonsumsi daging hewan atau binatang sedikit banyak membawa pengaruh terhadap tabiat, sifat dan karakter manusia," ujar Ketut Sumadi.
Oleh sebab itu, ia melanjutkan, pada Hari Tumpek Kandang, umat manusia hendaknya dapat menyucikan diri, untuk menetralisir kekuatan-kekuatan binatang dalam diri.
Ritual Tumpek Kandang yang umumnya dilakukan di kandang hewan piaraan itu, ia menjelaskan, juga merupakan wujud ungkapan rasa terima kasih dan syukur kepada Tuhan yang telah menciptakan flora dan fauna untuk kesejahteraan umat manusia.
Menpar Arief Yahya lebih melihat dari sisi tradisi dan budaya, yang menjadi kekuatan Bali sebagai destinasi nomor satu di tanah air. Wisman justru mencari keunikan dan kelangkaan tradisi yang bersanding rapi, antara yang sangat memegang teguh adat dan yang sangat open minded, terbuka oleh teknologi informasi, dan terbantu oleh aplikasi.
“60 persen wisman mencari objek-objek yang tradisinya masih kuat seperti Bali,” kata Arief Yahya.