Pengakuan Korban Agus Buntung, Ketakutan dan Menangis saat Pertama Kali Bertemu Tersangka
Seorang mahasiswi menceritakan pengalaman traumatisnya menjadi korban kekerasan seksual.
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM, Mataram - Seorang mahasiswi menjadi korban kekerasan seksual oleh I Wayan Agus Suartama alias Agus Buntung, seorang pria difabel berusia 21 tahun.
Korban, yang tidak ingin disebutkan namanya, menceritakan pengalaman traumatisnya melalui pendampingnya, Ade Lativa Fitri, kepada Tribun Lombok pada Minggu (11/2/2024).
Menurut Ade, pertemuan pertama antara korban dan pelaku terjadi secara kebetulan di Taman Udayana, Kota Mataram, NTB.
"Korban sedang nongkrong mencari udara segar, tiba-tiba dihampiri oleh pelaku," ungkap Ade.
Pada awalnya, interaksi mereka berjalan normal, namun situasi berubah ketika pelaku mengarahkan perhatian korban ke sepasang kekasih yang sedang beraktivitas seksual di ruang publik.
"Akhirnya korban ketakutan dan dia menangis. Nangisnya korban itu kemudian dijadikan sebagai cara si pelaku untuk membawa korban berpindah tempat," jelas Ade.
Pelaku kemudian membawa korban ke tempat yang lebih sepi di belakang jogging track, menghindari area yang terpantau CCTV.
Baca juga: Korban Agus Buntung Disebut Ada 13 Orang: Ada Anak di Bawah Umur, Ada yang Sampai Hamil
Dalam perjalanan ke lokasi sepi, pelaku mulai menanyakan tentang hubungan pribadi korban, mengungkapkan informasi yang seharusnya tidak diketahuinya.
"Sampai akhirnya si pelaku (tersangka) bilang ke korban, kamu harus mensucikan diri dari dosa-dosamu di masa lalu dengan cara kamu harus mandi bersih," tambah Ade.
Korban yang merasa terancam akhirnya mengikuti permintaan pelaku untuk pergi ke homestay.
Homestay tersebut dibayar oleh korban, tetapi dalam kondisi tertekan dan terancam.
Di homestay tersebut, pelaku melancarkan aksinya dan melecehkan korban.
Baca juga: Agus Buntung Dituding Tawari Korban Ritual Mandi Wajib hingga Berakhir Rudapaksa, Disebut Mengancam
Dampak Psikologis pada Korban
Ade mengungkapkan bahwa korban berada dalam kondisi psikologis yang sangat tertekan dan merasa tidak berdaya.
"Korban sampai saat ini masih menyalahkan diri sendiri," ujarnya.
Selain itu, korban menghadapi stigma dari masyarakat yang menganggap bahwa seorang difabel tidak mungkin melakukan kejahatan seksual.
Korban bahkan menutup akun media sosialnya karena tidak ingin mendengar komentar negatif.
"Korban saat ini hanya ingin ada orang yang percaya sama dirinya," ujar Ade, selaku pendamping.
Artikel ini telah tayang di TribunLombok.com dengan judul Tak Punya Lengan, Bagaimana Agus Bisa Jadi Tersangka Pelecehan Seksual Mahasiswi? Ini Cerita Korban
(TribunLombok.com/Andi Hujaidin)
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).