Arif Nurcahyo Ingin Mengembalikan Identitas Budaya dan Pendidikan Yogyakarta
Berikut ini wawancara Tribunnews.com dengan seorang psikolog dan sekaligus perwira polisi, salah satu calon kontestan pilkada Yogyakarta
Penulis: Gusti Sawabi
T:. Ahok dan Tri Rismaharini berani menutup banyak lokalisasi, anda berani?
AN: Memang di Yogya masih ada lokalisasi? Kalo memang masih ada dan harus ditutup tentu ada proses dan disiapkan langkah-langkah penanganan dan tidak sekadar berani atau tidak berani.
T. Untuk menaikkan pendapatan asli daerah, apakah anda melihat masih ada peluang yang bisa digarap?
AN: Terus terang saya harus belajar banyak dalam hal ini, namun sebagai kota kunjungan wisata setidaknya kita berangkat dari sektor tersebut, kalau belum bisa menambah setidaknya kita berusaha menutup kebocoran dan efisiensi anggaran tentunya.
T: Banyak sekali UMKM di kota Anda, apa yang ada sekarang ini sudah sesuai dengan apa yang anda pikirkan dan akan anda lakukan jika anda terpilih sebagai wali kota?
AN: UMKM di Yogya menurut saya akan menjadi lebih hidup dan dinamis apabila dikombinasi dengan sektor wisata, bisa ditata berbasis pemukiman sehingga menjadi daerah wisata baru, dibuka workshop dan sekaligus menjajaki kemungkinan untuk ekspor. Terus terang saya harus belajar banyak tentang UMKM, tapi setidaknya tetap berprinsip pada kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada masyarakat sebagai pelaku.
T: Anda maju independen, apa yang mendasari niat itu? apa sekadar karena sedang trend atau memang situasi dan kondisi politik di yogya harus demikian?
AN: Pada prinsipnya UU/peraturan membuka kesempatan dan sebagai pegawai pemerintah (aparat) yang terpanggil tetapi tidak memiliki basis partai politik, maka saya harus realistis uuntuk maju melalui jalur perorangan. Saya justru akan menjadi aneh apabila sebagai perwira polisi aktif masuk dari jalur partai. Kapan saya menjadi kader partai?
T: Ada Kasultanan dan Pakualaman sebagai pusat budaya, apa yaang akan Anda kerjakan terkait keduanya?
AN: Bagaimana pun Yogya itu kecil, bahkan untuk ukuran sebuah provinsi (DIY), tetapi menjadi unik karena memiliki dua kerajaan sebagai pusat tradisi. Sebagai kawula (rakyat) kita kudu Ngabekti (hormat dan tunduk) kepada Raja (Sri Sultan dan Sri Paku Alam) pun secara hirarki beliu sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur tentunya tugas Walikota justru mendukung tugas dan kebijakan beliau dalam mengelola rakyatnya. Dan, setiap perilaku kita tentu mencerminkan pribadi yang menjunjung nilai2 tradisi..
T: Belakangan kabarnya Yogya juga terjadi longsor dan banjir di kali-kali utamanya, apa yang akan Anda kerjakan?
AN: banjir dan longsor adalah peristiwa alam yg tidak tiba-tiba dan harus ada pendalaman terhadap kasus itu (hulu dan hilir), namun hampir dipastikan ada persoalan serius di sekitar jalur hijau. Nah, harus kita evaluasi dan pola penataan lingkungan sekitar sungai dan kita sesuaikan peraturan atau menejemen risiko. Alam itu tidak bisa diperlakukan sesuka hati manusia, ia bisa marah...
T. Untuk meningkatkan kesejahteraan warga, apa yanag akan Anda lakukan?
AN: Saya suka memulai segala sesuatu yang sederhana : membangun dunia bisa dr Indonesia, mengelola Indonesia bisa dr Yogyakarta maka menata sebuah kota bisa dari pekarangan rumah kita. Maka mengoptimalkan peran dan fungsi sebuah keluarga dan seluruh pekarangan rumah berarti akan menyejahterakan sebuah keluarga. Keluarga sebagai kekuatan sosial dalam menegakkan ekonomi. Bisa menjadi pusat industri rumah tangga, pertanian keluarga atau kegiatan ekonomi lainnya. Lebih baik berhemat daripada mengejar target tapi harus mengorbankan nilai tradisi seperti cagar budaya dan membahayakan lingkungan dengan membangun prasarana secara membabi-buta.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.