Dua Bulan Kebanjiran, Kampung Ini Berubah jadi Danau
Akibatnya aktivitas warga sejak dua bulan terakhir lumpuh.
Penulis: Dedi Nurdin
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Dedi Nurdin
TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Ratusan rumah di desa Rawa Pudak, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi sejak dua bulan terakhir terendam air.
Akibatnya aktivitas warga sejak dua bulan terakhir lumpuh.
Pantauan Tribun di lokasi Kamis (14/4/2016) sore, sejumlah lokasi yang terendam, sejumlah warga terpaksa menggunakan perahu (sampan) dengan pendorong dari bambu sebagai mobilitas sehari-hari.
Jalan-jalan yang biasa digunakan warga semua terendam dengan ketinggian mulai dari 30 cm hingga hampir dua meter.
Perkampungan yang tadinya ramai aktifitas kini terlihat seperti danau.
Kondisi ini terpantau di Rt 14, sepanjang mata memandang perkampungan warga terlihat seperti hamparan danau.
Di kiri kanan saat melintasi jalan dengan sampan tampak batang sawit warga tergenang air.
Pohon pisang tumbang dengan kondisi batang membusuk akibat terlalu lama terendam.
Sementara rumah warga terendam di bagian lantai. Untuk tempat tidur sehari-hari warga terpaksa membuat panggung di tengah rumah agar tak terendam air dan tempat menyimpan barang.
"Ini masih agak surut, kalau lagi tinggi habis hujan adaya yang separuh rumah tenggelam," kata Hendra, ketua Rt 14.
Untuk menyusuri jalan-jalan yang tergenang air, Tribun bersama awak media lainnya diantar Hendra menggunakan sampan yang hanya bermuat dua orang saja.
Selama perjalanan, sambil mendayung perahu dengan bambung yang cukup panjang, Hendra menceritakan, kondisi ini dialami warga sudah sejak bulan februari 2016 lalu.
Saat itu terjadi banjir, yang cukup tinggi. Namun, warga heran karna sudah seminggu air tak kunjung surut. Sementara, biasanya jika banjir tak sampai satu hari air sudah surut dan kembali normal.
Warga kemudian menelusuri sumer air hingga mengarah pada pembangunan tanggul oleh dua perusahaan perkebunan yang menyebabkan saluran air tertutup.
"Perkebunan kelapa sawit itu banjir, dibikin lah tanggul. Airnya kemudian disedot dan dibuang ke arah desa, makanya nampung dak bisa keluar karna buntuk, sekarang sudah seperti danau. Sebelumnya tak pernah begini,"katanya sambil terus mengayuh sampan.
Hendra mengatakan, pihak warga sudah sempat menyampaikan persoalan ini ke pihak perusahaan agar tanggul kembali di buka. Namun, tak ada tanggapan.
Akibat dari banjir, warga pun tak hanya sulit untuk tidur. Bahkan, perekonomian warga lumpuh.
Untuk di desa Rawa pudak sendiri, Hendra menuturkan, dari 21 Rt yang ada, 10 diantaranya terendam. Dengan jumlah rumah lebih dari 100 unit.
Warga yang kebanyakan berprofesi sebagai petani tak bisa lagi menanam karna kondisi sawah terendam dengan ketinggian air hingga dada orang dewasa atau swkitar 150 cm.
Sementara kebun sawit dan karet tak bisa di panen kanrna kondisi akses jalan yang terendam. Kerugian lain yang diderita oleh warga adalah petani kolam ikan yang hanya bisa gigit jari melihat kolamnya sudah seperti rawa.
"Banyak lah bang ruginya, kolam di sini ada sekitar 6000, dak bisa di panen. Ada yang sempat pasang jaring, ada yang idak. Motor terpaksa dititip karna tengok sendiri di bawah kita ini jalan tapi harus pake sampan,"katanya.
Selain itu, aktifitas belajar siswa juga terganggu. Satu sekolah SMP dan satu sekolah dasar juga ikut terendam,"kalau air lagi tinggi anak-anak libur. Kadang cari tempat lain belajar,"kata Hendra.
Informasi yang di himpun, di sekitar lokasi sekitar lima desa di dua kecamatan terendam banjir. Yakni desa Rawa Pudak, Kota Karang, dan lopak alay yang berada di kecamatan Kumpeh Ulu. Dua desa lainnya yakni Talang Duku dan Kemingking berada di wilayah kecamatan Taman Rajo.
Cukup lama berkeliling Tribun dan rombongan lantas mampir ke rumah pak de Pardi yang berlokasi di Rt 14.
Kepada awak media ia mengaku tak bisa berbuat banyak dengan kondisi yang dialaminya. Jika ketinggian air naik, didalam rumah oak de Pardi air bisa setinggi sekitar 60 cm.
"Tidak bisa kekebun, kondisinya seperti ini. Sudah seperti danau, kemana-mana pake sampan,"katanya.
Ia mengaku sejak lama tinggal disana banjir terparah baru terjadi kali ini. Ia pun berharap pemerintah bisa mencarikan solusi atas musibah yang dialami warga.
"Kami cuma minta supaya tanggul itu dibuka biar air bisa keluar. Kalau seperti ini kita tidak bisa ngapa-ngapain, pemerintah tolonglah supaya kami ini di perhatikan," pungkasnya. (*)