Kunthing Sakti, Mobil Listrik Buatan Mahasiswa Untag Surabaya, Bisa Melaju 40 Km per Jam
Dosen dan mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya mengambil konsep city car dalam riset dan pengembangan mobil listrik
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA – Dosen dan mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya mengambil konsep city car dalam riset dan pengembangan mobil listrik. Namanya, ‘Kunthing Sakti’.
Nama itu merupakan nama tokoh pewayangan. Nama ini merupakan nama alias Raden Setyaki yang merupakan sosok kecil namun lincah nan kuat seperti Bima.
Kini, nama ini menjadi nama mobil listrik besutan 14 mahasiswa Fakultas Teknik Mesin Untag.
“Selama empat bulan, sejak Desember lalu kami mulai merancang. Dan sekarang hasilnya sudah bisa kami fungsikan dengan baik,” tutur ketua tim pembuatan Kunthing Sakti Aan Sugeng Irianto saat ditemui SURYA.co.id, Rabu (20/4/2016).
Desain mobil dibuat dengan konsep city car berkapasitas dua orang sehingga menekankan kenyamanan pengendaranya.
Secara spesifik, lanjut dia, mobil ini bisa digunakan untuk melaju hingga 40 Km per jam dengan kapasitas 850 watt – 60 volt, baterai bisa bertahan hingga tiga jam untuk melaju.
Nah, Untuk membuat Prototype ini, Aan menjelaskan semua tahap mulai dari perencanaan, penentuan spesifikasi, sampai perancangan desain dilakukan timnya.
“Seratus persen body mobil kami buat sendiri menggunakan plat galvanis dan acrilic. Sedangkan untuk spare part seperti mesin, roda dan lampu masih mengandalkan pabrikan,”katanya.
Lalu, untuk tenaga mobil, dipasang lima baterai portable yang mudah dilepas untuk diisi ulang. Jadi, mobil tersebut tidak perlu dibawa kemana-mana kalau mau isi ulang.
Iapun menjelaskan jika ingin bertahan lebih lama, batray bisa diganti dengan yang berkapasitas hingga 3 ribu watt.
Dosen pembimbing pembuatan ‘Kunthing Sakti’, Sugeng Priandoko menambahkan, karya mahasiswa sengaja dibuat dengan biaya semurah mungkin.
Total anggaran yang dihabiskan hanya sekitar Rp 50 juta. “Itu sudah murah, karena produksi mobil listrik sebenarnya butuh biaya cukup mahal,”ungkapnya.
Biaya yang mahal itu utamanya karena mesin mobil masih harus impor sehingga demi efisiensi, beberapa spare part harus diakali agar lebih hemat, misalnya untuk transmisi, Sugeng memilih rantai dari pada menggunakan gir.
Selain murah, rantai juga mudah diganti jika ada kerusakan. “Tidak hanya itu, kendaraan juga lebih ringan tanpa gir,” tandasnya.