Dua Bulan Cuaca Buruk, Nelayan Sukadana Alih Profesi Jadi Tukang Bangunan
Satu di antara nelayan, Sukar Hermansyah, mengaku terpaksa menambatkan perahu akibat cuaca buruk.
Penulis: Tito Ramadhani
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNNEWS.COM, KAYONG UTARA - Cuaca buruk saat ini sedang melanda perairan Sukadana, Kayong Utara, Kalimantan Barat. Dengan kondisi cuaca buruk ini, praktis membuat nelayan-nelayan tak dapat melaut.
Satu di antara nelayan, Sukar Hermansyah, mengaku terpaksa menambatkan perahu akibat cuaca buruk.
Hal serupa juga dilakukan beberapa nelayan lainnya.
Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Sukar mengatakan ia akhirnya memilih pekerjaan lain, sebagai buruh bangunan, sampai kondisi cuaca di perairan kembali membaik.
"Kalau keadaan cuaca buruk, kami tidak bisa melaut. Kalau sudah begini jelas penghasilan ndak ada. Jadi saya ngikut kawan-kawan, kalau ada kerja bangunan," ungkapnya, Kamis (21/4/2016)
Warga Jl Tanah Merah, Sukadana, Kayong Utara ini memperkirakan, kondisi cuaca buruk ini sudah berlangsung sejak dua bulan terakhir.
Menurut kisahnya pula, sejumlah nelayan yang tak mendapatkan pekerjaan lain, tak jarang memaksakan diri melaut dalam kondisi cuaca buruk, oleh karena harus memenuhi kebutuhan hidup.
"Resiko pasti ada, tapi kalau tidak melaut bagaimana bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari," jelasnya
Sukar menuturkan, walau sebagian nelayan tak melaut, harga ikan tetap tak terpengaruh, dijual tetap seperti hari-hari biasa saat kondisi cuaca normal.
"Kalau di laut, kita sering menghadapi cuaca buruk, ombak tinggi. Kita ndak ada bekal pelampung. Jadi kalau satu jam sebelum angin turun, kita sudah bersiap-siap untuk putar haluan," tuturnya
Tapi kalau badai tiba-tiba datang, menurutnya nelayan mau tidak mau harus bertahan dalam kondisi hujan disertai angin kencang di tengah laut.
"Kalau kita tidak cepat untuk menghindari, bisa tenggelam juga. Tapi syukurlah belum pernah ada yang tenggelam," terangnya
Menurut pria yang telah lebih dari sepuluh tahun menjadi nelayan ini, saat badai menerjang, kondisi perairan berkabut. Sehingga nelayan tak dapat menemukan arah, karena jarak pandang yang terbatas.
"Kalau kabut, gunung itu tidak tampak, kita kan tidak punya arah, bisa juga kita hanyut atau tersesat. Kita hanya pakai arah angin saja selama ini, tradisional saja, sebenarnya kepingin punya alat seperti GPS atau kompas, tapi menyesuaikan keadaan kita juga kan," sambung Sukar.(*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.