Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Muasal Nama Kampung Gunung Anyar di Surabaya

Nama kampung, kelurahan dan kecamatan Gunung Anyar, yang berarti ‘gunung baru’, tidak lepas dari sebuah legenda.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Muasal Nama Kampung Gunung Anyar di Surabaya
Surya/Ahmad Zaimul Haq
Dari sinilah sejarah lahirnya Kampung Gunung Anyar Surabaya yang nama kampungnya diambil dari gundukan tanah yang aktif menyemburkan lumpur di kampung itu, dan berusia ratusan tahun. 

Laporan Wartawan Surya, Sri Handi Lestari

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Nama kampung, kelurahan dan kecamatan Gunung Anyar, yang berarti ‘gunung baru’, tidak lepas dari sebuah legenda.

Sebuah gundukan tanah yang dalam waktu tertentu mengeluarkan lumpur dan cairan mirip minyak, namun tidak membahayakan, menjadi daya tarik tersendiri di kampung kelahiran mantan Rektor ITS dan Menteri Pendidikan Mohammad Nuh itu.

Letak gundukan tanah yang disebut warga tanah gunung itu berada di wilayah RW 2. Dari Jalan Gunung Anyar Lorong, dari arah utara bisa ditemui dengan belok kiri di Gang Gunung Anyar Tengah Gang V.

Di ujung gang, terlihat sebuah lapangan yang dimanfaatkan untuk sepak bola.

Sementara, di belakangnya, terdapat gundukan tanah yang terlihat pinggir-pinggirnya ditumbuhi kaktus dan pohon trembesi, serta beberapa jenis tanaman lainnya.

Kemas A Chalim, warga Gunung Anyar Tengah, mengungkapkan berdasar cerita turun temurun, konon bukit tandus seluas satu hektare ini bermula dari sejumlah ulama dari Demak, Jawa Tengah, yang hendak menyebarkan agama Islam di kawasan ini.

Berita Rekomendasi

"Tiga ulama yang disebut sebagai orang yang pertama kali datang dan membangun wilayah Gunung Anyar adalah Mbah Mahmud, Mbah Amir dan Mbah Tejang Kalong. Yang dianggap paling sepuh adalah Mbah Mahmud,” cerita Kemas.

Untuk menunjang syiar Islam, mereka lantas berniat membangun masjid di kawasan Gunung Anyar Lor.

Untuk menguruk tanah yang masih berupa rawa-rawa, mereka mengambil tanah urukan dari lokasi yang agak jauh dengan pembangunan masjid.

Saat mengambil tanah itulah, sebagian tanah ada yang tercecer hingga membentuk suatu gundukan tanah. Ketika urukan masjid sudah selesai gundukan tanah yang menumpuk itu makin kelihatan.

Cerita versi lainnya, Mbah Mahmud yang mengambil tanah urukan untuk masjid itu tidak mengetahui jika di dekat masjid terdapat gundukan tanah.

“Saat urukan tanah masjid itu selesai, Mbah Mahmud baru tahu jika ada gumuk (gundukan) tanah yang tidak jauh dari lokasi masjid,” papar dia.

Karena melihat ada gumuk tanah itulah warga setempat menamai kampung itu dengan, Gunung Anyar.

Halaman
12
Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas