Hampir Setengah Tahun Air PDAM tak Mengalir di Tanjung Selor
Saat pagi, Poniman hanya bisa 6 kali bolak-balik dari rumah ke sungai mengambil air dengan kendaraan roda duanya.
Editor: Wahid Nurdin
Beberapa kali mencoba menanyakan ke PDAM penyebabnya, namun tak kunjung terpecahkan.
Karena frustasi, sudah dua bulan Poniman tak membayar tagihan. “Tiga bulan pertama, kami masih bayar, meskipun sulit sekali kedapatan air. Tetapi sudah dua bulan ini sudah tidak lagi (membayar),” sebutnya.
Untuk mandi pun, Poniman sekeluarga rela mengirit. Termasuk buah hatinya bernama Adit (12) murid kelas 6 SD 022 Selimau yang sehari-harinya harus mandi sebelum berangkat ke sekolah. Termasuk pula Fariz (8) si bungsu yang duduk di kelas 2 SD 022.
Kustiah (50) istri Poniman juga bercerita bagaimana susahnya mendapatkan air bersih.
Kustiah sampai sering begadang hanya untuk menunggu tiba masa air mengalir.
“Kadang jam satu atau jam 2 mengalir, tapi kecil-kecil. Tetap bersyukur,” tuturnya.
Sempat Kustiah membeli air bersih dari pedagang air keliling. Namun harga per tandonnya bagi Kustiah, sangatlah mencekik.
Walhasil, ibu beranak empat itu berpikir ulang membeli untuk kali kedua.
“Harganya mahal, Mas. Rp 200 ribu per tandon. Saya mikir juga. Jadi untuk konsumsi mending pakai air galon. Ini mau masak sayur bening buat bapaknya, airnya enggak ada. Tunggu kios air isi ulang buka dulu,” sebutnya.
Syaiful, Ketua RT 12 menyebutkan sedikitnya 70 kepala keluarga di daerahnya memang mengalami krisis sir bersih lantaran mandeknya alira air dari pipa-pipa PDAM.
“Kami akan sampaikan ke pemerintah, supaya ada tindakan penanganan. Kasihan warga, khususnya yang tidak mampu. Masak mau beli air terus,” (tribun kaltim/wil)