Tak Bisa Melihat Sejak Usia Lima Tahun, Alexander Farrel Moncer di Ajang Nasional
Sejak usia dua tahun mata kiri Alexander Farrel tak berfungsi akibat kanker retino blastoma, tiga tahun kemudian mata kanannya tak bisa melihat.
Penulis: Khaerur Reza
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Khaerur Reza
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Sejak usia dua tahun mata kiri Alexander Farrel tak berfungsi akibat kanker retino blastoma, tiga tahun kemudian mata kanannya tak bisa melihat.
"Dari awal saya periksa, tahu seperti itu, saya langsung syok. Tapi paling berat pas usia lima tahun, dia masih TK," Emi Tri Ratnasari menceritakan anaknya, Farrel, saat ditemui di RSUP Sardjito, Yogyakarta, Jumat (20/5/2016).
Saat itu Emi melihat Farrel sebagai anak yang tabah sehingga memacu dirinya untuk memberikan yang terbaik terhadap masa depan anaknya yang kini sudah berusia 15 tahun.
Berbagai pengobatan dan terapi dilakukan Alexander, termasuk bolak-balik ke RSUP Sardjito yang berjarak puluhan kilometer dari rumah mereka di Klaten, Jawa Tengah.
"Dia orangnya tangguh tidak pernah mengeluh, kalau dia merasa kesakitan sekali dia baru minta tolong," sambung Emi.
Beranjak besar Farrel masuk sekolah umum bersama anak yang pada umumnya berfisik normal, dan hasilnya tidak mengecewakan. Selain di sekolah, Farrel beprestasi di tingkat nasional.
Pemuda lulusa SLTP Putra Bangsa Klaten ini mampu meraih berbagai penghargaan seperti rekor MURI untuk tunanetra temuda yang bisa mengoperasikan 14 program komputer pada 2009.
Farrel pernah menggondol juara pertama Olimpiade Sains Nasional kategori MIPA pada 2011, juara Olimpiade Sains Nasional kategori matematika pada 2015 dan lainnya.
Tak hanya jago di ilmu alam, Farrel mampu bermain gitar dam semua kunci keberhasilannya selama ini karena tidak putus asa dan tak pernah menyerah melihat keadaan.
Sejak kecil Farrel menerima takdirnya sejak didiagnosis dokter menderita kanker.
Bersekolah di tempat umum bersama anak lain yang memiliki indra normal tidak membuat Farrel kesulitan, karena guru dan teman-temannya mampu memahami kekurangannya.
Emi mendukung Farrel bersekolah di tempat umum. Di luar jam sekolah, Farrel mendapat kursus khusus tunanetra agar bisa mengejar ketertinggalan dengan siswa lain.
"Sebenarnya engak kesulitan. Saya dari TK sudah bisa menerima, saya dari kecil sudah enggak putus asa," ujar Farrel kepada Tribun Jogja.
Dia berharap anak-anak kecil yang menderita kanker jangan mudah putus asa karena selama ada kemauan dan kerja keras semua hal bisa dilakukan.
"Pokoknya tetap semangat jangan menyerah jangan putus asa, kalau kita ada kekurangan tapi selalu ada kelebihan masing-masing saya percaya itu," pesan Farrel.
Sementara sang ibu mengingatkan para orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus selalu sabar dan telaten memberikan perhatian pada anaknya.
"Mempunyai anak spesial seperti ini memang berat. Saya awalnya juga syok, tapi yang paling utama memang orangtuanya, kalau orang tua dapat menanganinya dengan baik maka hal terburuk yang terjadi menjadi hal yang baik," tegas Emi.