Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Masyarakat Gunungkidul Percaya Bunuh Diri karena Terkena Pulung Gantung

enomena bunuh diri di Gunungkidul, seringkali disangkutpautkan dengan cerita mistis yang berkembang di kalangan masyarakat.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Masyarakat Gunungkidul Percaya Bunuh Diri karena Terkena Pulung Gantung
TRIBUN JABAR/DONY INDRA RAMADAN
ilustrasi 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K

TRIBUNNEWS.COM, GUNUNGKIDUL - Fenomena bunuh diri di Gunungkidul, seringkali disangkutpautkan dengan cerita mistis yang berkembang di kalangan masyarakat.

Orang yang bunuh diri dikatakan akan didatangi oleh makluk misterius bernama 'Pulung Gantung'.

Masyarakat begitu mempercayai adanya 'Pulung Gantung' sebagai penyebab dari satu kasus bunuh diri.

Mitosnya, Pulung Gantung adalah makluk berwujud bola api yang menyala-nyala yang jatuh dari langit ke atas rumah.

Sosok bercahaya misterius itulah yang menjadi penanda keberuntungan atau bahkan kemalangan bagi sang penghuni rumah.

Penghuni rumah yang didatangi Pulung Gantung bisa memperoleh kebahagiaan, anugerah, pangkat, seperti kejatuhan bintang atau malah mendapat kemalangan.

Berita Rekomendasi

Tragisnya, warga yang terpilih akan mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.

"Waktu itu, saya diceritakan oleh warga, kalau ada cahaya seperti pulung gantung jatuh di rumah anak buah saya, dan kok 'kepasan' dia meninggal dengan cara bunuh diri," ujar Sutino, Kepala Dukuh Kayubimo, Desa Kemadang, Tangjungsari, saat dihubungi pekan lalu.

Sutino, bercerita, paska kejadian tersebut, setiap malam warga ronda untuk mengusir mahkluk tersebut dengan membunyikan bunyi-bunyian yang berasal dari kentongan, paska kejadian bunuh diri salah seorang warganya pada 23 Oktober lalu.

Ia juga bercerita, sesaat usai bunuh diri, dengan gantung diri, warga kemudian menggali tanah di bawah tempat gantung diri, sampai akhirnya menemukan tiga buah bongkahan bola tanah basah.

"Selama 40 hari setelah ada yang meninggal karena bunuh diri, kami memukul bunyi bunyian dan ronda setiap malam, kami juga menggelar doa bersama," ujarnya.

Lanjut Sutino, ruwatan pun digelar dengan menampilkan pertunjukan wayang pada siang hari pada pertengahan bulan November lalu.

Dalang yang ditunjuk untuk mendalang pun dalang khusus ruwatan, yakni Dalang Ki Simun dari Ngleri, Kecamatan Playen. "Akhirnya setelah diruwat, warga kembali tenang," ujar Sutino.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas