Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ditipu Kerabatnya, Uang Sucipto Rp 500 Juta Musnah

Sucipto (54) warga Desa Karangasem, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban tak mengira menjadi korban dugaan penipuan oleh kerabatnya sendiri, Sahri.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Ditipu Kerabatnya, Uang Sucipto Rp 500 Juta Musnah
TRIBUN JATENG/M SYOFRI KURNIAWAN
ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, TUBAN - Sucipto (54) warga Desa Karangasem, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban tak mengira menjadi korban dugaan penipuan oleh kerabatnya sendiri, Sahri.

Uang sekitar Rp 500 juta untuk membeli lahan milik Sahri pun musnah.

Tahun 2013 lalu, Sucipto membeli lahan seluas 1.000 meter persegi milik Sahri. Lahan itu berada di samping gudang mebel milik Sahri dan sudah didirikan rumah dan toko.

Lahan yang dibeli Sucipto menyatu dengan lahan punya Sahri seluas 5.777 meter persegi.

Kamis (2/6/2016) siang, pihak Pengadilan Negeri (PN) Tuban menyita lahan tersebut, termasuk lahan yang di atasnya ada rumah dan toko Sucipto.

Sucipto merasa ditipu oleh Sahri, sebab, sertifikat lahan yang dibelinya telah diagunkan di BTPN oleh Sahri.

Karena Sahri mengalami kredit macet senilai utang sekitar Rp 800 juta, pada Januari 2016, BTPN melelang lahan itu.

Berita Rekomendasi

Lelang dimenangkan oleh Dwi Rinenggo Nugroho. Sekarang, lahan yang sebelumnya bersertifikat atas nama Sahri telah berganti nama atas Dwi. Dwi lalu mengajukan penyitaan di PN Tuban.

Di sela eksekusi, Sucipto beserta lima anggota keluarganya terlihat diam.

Mata Sucipto berkaca-kaca, raut wajahnya terlihat antara kesal, marah, namun tak bisa berbuat apa-apa. Ia mengaku merasa ditipu oleh Sahri.

“Kalau seperti ini, saya yang menjadi korban. Berarti Pak Sahri mengkhianati saya,” ujar Sucipto kepada Surya (TRIBUNnews.com Network).

Sucipto menceritakan, pada tahun 2013, Sahri memintanya membeli tanah yang saat ini telah dibangun rumah dan toko.
Harganya kala itu sejumlah Rp 465 juta ditambah sebuah sepeda motor CBR senilai Rp 23 juta.

Sucito mengaku sebelum membeli tanah, Sahri memberitahukan sertifikat lahan masih proses pengambilan di BTPN.

Mendengar itu, ia percaya karena mereka masih ada hubungan keluarga. Beberapa waktu kemudian, Sucipto menanyakan sertifikat lahan itu kepada Sahri, tapi dijawab dengan kelitan.

"Pak Ri (Sahri), bagaimana sertifikat yang anda gadaikan di bank? Katanya sudah selesai semua. Sudah lunas,” ujar Sucipto menirukan jawaban Sahri.

“Itikad saya kan mengajak baik, bukan seperti ini. Jadi saya korban betul. Pokoknya saya disengsarakan,” keluhnya.

Kini, Sucipto berurusan dengan pemenang lelang. Ia diberi waktu hingga tiga bulan ke depan untuk membeli semua lahan yang dieksekusi.

Harganya Rp 1,560 miliar. Harga itu tiga kali lipat dari harga yang dibayar pemenang lelang ke BTPN, yakni sebesar Rp 550 juta.

Pemenang lelang, Dwi Rinenggo Nugroho membenarkan memberikan kesempatan kepada Sucipto untuk membeli semua lahan itu.

Hal itu dilakukan karena ia merasa Sucipto menjadi korban Sahri.

“Itu kan itikad baik. Dia dibohongi Pak Sahri, kalau nanti mau dibeli lagi ya silakan, tapi seluruhnya,” ujar Dwi yang ikut menyaksikan eksekusi kepada Surya (TRIBUNnews.com Network).

Sementara itu, Panitera PN Tuban, Sukarman mengatakan, pelaksanaan eksekusi telah memenusi mekanisme.

Kredit Sahri di BTPN macet. Lalu BTPN melelang. Setelah ada pemenangnya, lalu diajukan penyitaan.

“Pada tanggal 7, 14, dan 21 April 2016 pihak PN memanggil Pak Sahri, tapi beliaunya tidak datang. Hingga akhirnya, hari ini kami lakukan eksekusi penyitaan,” beber Sukarman kepada Surya (TRIBUNnews.com Network).

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas