Foto-foto Sam, Si Pengrajin Gula Aren di Tomohon
Kakek 64 tahun ini 'menghabiskan' hampir seluruh hidupnya di depan tungku pembakaran, dengan wajan besar dan nira yang harus selalu diaduk.
Penulis: Fine Wolajan
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan Tribun Manado, Finneke Wolajan
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - "Sudah jadi uang ini," ujar Sam, sembari menyodorkan gula aren dengan kedua tangannya. Pria bernama lengkap Yusuf Sam Wungow ini adalah seorang petani gula aren. Kakek 64 tahun ini 'menghabiskan' hampir seluruh hidupnya di depan tungku pembakaran, dengan wajan besar dan nira yang harus selalu diaduk.
Di sebuah gubuk di tengah Perkebunan Lampasan, Lahendong, Kota Tomohon, Sam berjibaku dengan profesi yang sudah dijalaninya sejak umur 12 tahun. Mulai pukul 05.00 Wita, Sam mulai mengayuh sepedanya dari rumah, menuju kebunnya yang berjarak tiga kilometer. Rutinitas setiap hari, tanpa pernah terlewatkan.
Sam dulunya adalah seorang guru di Sekolah Teknik Menengah (STM). Sam lupa-lupa ingat, antara tahun 1975 - 1976, saat kira-kira ia berumur 23 - 24 tahun. Sam adalah guru teknik listrik. Bangga sebagai guru pasti, namun pendapatannya kala itu tak mampu hidupkan keluarganya.
"Waktu itu gaji saya hanya Rp 26 ribu dan 10 kilogram beras per bulan. Rasa-rasanya dengan pendapatan begitu, saya tak mampu hidupkan keluarga saya. Hanya tiga tahun, saya lalu berhenti," kenangnya.
Dari situ Sam kemudian mencoba peruntungan di sebuah perusahaan di Minahasa Utara. Namun lagi-lagi kandas, Sam tak meneruskan pekerjaannya itu. Bekal ilmu membuat gula aren yang didapatnya sejak usia 13 tahun, bagai magnet untuk menarik menggeluti dunia itu.
Sam kini boleh berbangga, perjuangannya tiap hari di depan tungku demi mereka akhirnya berbuah manis. Anak-anaknya sekarang sudah berhasil, bisa menghidupi keluarga masing-masing. Kebunnya sekarang pun dibeli oleh anak-anaknya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.