Nelayan dan Wisatawan di Pesisir Selatan Diminta Waspada, Gelombang Masih Tinggi
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan, belum ada tren penurunan tinggi gelombang Samudra Hindia
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan, belum ada tren penurunan tinggi gelombang Samudra Hindia sehingga tetap perlu diwaspadai para nelayan serta wisatawan di pesisir selatan.
"Potensinya masih sama. Masih diperlukan kewaspadaan," kata Koordinator Pos Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BKMG) Yogyakarta Joko Budiono di Yogyakarta, Jumat.
Berdasarkan prakiraan pada Jumat (10/6), menurut Joko, tinggi gelombang laut selatan masih berkisar 2,5-4 meter.
Sedangkan kecepatan angin masih mencapai 10-20 knot atau 18-36 kilometer per jam, sehingga masih kuat mendorong pembentukan gelombang tinggi.
Menurut Joko, hingga saat ini kondisi air pasang ditambah dengan kecepatan angin cukup tinggi yang bergerak di Samudra Hindia, selatan Jawa, masih berdampak pada tinggi gelombang.
"Kami berharap para belayan dan wisatawan tetap mematuhi peraturan yang telah disampaikan oleh relawan SAR dan BPBD," kata dia.
Sebelumnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY telah memasang garis pembatas di sepanjang pantai selatan sebagai batas aman bagi wisatawan saat mengunjungi kawasan wisata pantai.
Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD DIY Wahyu Prinstiawan mengatakan empasan gelombang laut selatan saat ini masih cukup berbahaya bagi wisatawan yang pada Kamis (9/6) sempat mencapai 5-7 meter.
"Garis batas patai akan terus kami persiapan. Kami cabut ketika sudah dinyatakan aman oleh BMKG," kata dia.
Menurut dia, pada Kamis (9/6) BPBD dengan Sarsatlinmas (SAR Satuan Perlindungan Masyarakat) telah memasang garis pembatas di sepanjang pantai di Gunung Kidul dan Kulon Progo. (ANTARA)