Persiapan UN Habitat di Surabaya Banyak Kekurangan, Begini Komentar Ketua Dewan
Surabaya yang akan menjadi tujuan UN Habitat pada Juli nanti terus mempersiapkan diri. Setidaknya ada banyak tamu dari 169 negara.
Penulis: Monica Felicitas
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Surya, Monica Felicitas
SURYA.CO.ID, SURABAYA - Surabaya yang akan menjadi tujuan UN Habitat pada Juli nanti terus mempersiapkan diri. Setidaknya ada banyak tamu dari 169 negara.
Ketua DPRD Kota Surabaya, Armuji, dan anggota Komisi D, Budi Laksono, mengunjungi kawasan Peneleh satu dari sekian tempat jujukan tamu UN Habitat.
Keduanya melakukan inspeksi mendadak mengenai persiapan dan melihat sarana dan prasarana yang telah dilakukan petugas binaan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya.
Makam Belanda menjadi lokasi pertama yang dikunjungi Armuji dan Budi. Di sini ia melihat nisan marmer kurang mendapat perawatan, bahkan ada nisan digunakan sebagai penutup gorong-gorong makam.
Menurut Armuji, makam kurang terawat dan kondisi akses jalan di dalam makam kurang begitu baik. Penerangan di area makam juga kurang.
"Anggaran UN Habitat Rp 30 miliar, jangan cuma infrastrukturnya saja yang dibenahi. Saya kira waktu UN Habitat yang kurang sebulan lagi, cukup untuk pemasangan paving," ungkap Armuji, Senin (14/6/2016).
"Surabaya ini tidak dibisa diprediksi, seperti kemarin tahu-tahu hujan, banjir. Kan enggak enak kalau masuk ke sini becek semua, sepatunya kotor kena hujan, serta penambahan lampu penerangan, supaya tidak kelihatan menyeramkan," Armuji mengusulkan.
Ia menyayangkan Makam Belanda Peneleh yang terdapat 1500 makam kurang mendapat perhatian. Apalagi makam ini mempunyai nilai historis yang tinggi.
"Mumpung ada event seperti ini, ada pembenahan infrastruktur di beberapa kawasan. Supaya nanti bukan sekadar hanya ada momen UN Habitat saja, tapi biar berkelanjutan sebagai tempat wisata. Di Berlin dan Vietnam, makam dijadikan tempat wisata, tapi nilai artistik dan seninya jauh lebih bagus di sini," imbuh dia.
Selain Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, perlu juga partisipasi Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Surabaya untuk menyelaraskan terbentuknya kesan Makam Belanda Peneleh sebagai cagar budaya.
"Pekerjaan ini mendesak, supaya orang datang kesini nggak cuma liat. Ini harus diperbaiki. Ini yang dicari orang barat, keindahan arsitekturnya," tegas Armuji.