Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Siap 'Berperang', Warga Bantaran Sungai Kapuas Mulai Siapkan Meriam Karbit

Biasanya, meriam karbit mulai dimainkan sejak malam takbiran hingga sepekan setelah hari raya.

Penulis: Tito Ramadhani
Editor: Wahid Nurdin
zoom-in Siap 'Berperang', Warga Bantaran Sungai Kapuas Mulai Siapkan Meriam Karbit
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/TITO RAMADHANI
Warga sedang memperbaiki sebatang meriam karbit di Gang Kuantan, RT 05/ RW 11, Kelurahan Benua Melayu Laut, Pontianak Selatan. 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani

TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Puasa Ramadan 1437 H telah memasuki hari kesebelas. Warga bantaran Sungai Kapuas mulai mempersiapkan permainan khas rakyat,

Meriam Karbit, yang selalu menjadi tradisi setiap tahunnya dimainkan jelang Hari Raya Idul Fitri di Kota Pontianak.

Untuk melestarikan tradisi, Pemerintah Kota Pontianak setiap tahunnya menggelar Festival Meriam Karbit, sehingga menjadi agenda wisata tahunan andalan kota islami kelima di Indonesia (versi Ma'arif Institut tahun 2016).

Warga Bansir tampak mulai mempersiapkan meriam yang akan dimainkan. Biasanya, meriam karbit mulai dimainkan sejak malam takbiran hingga sepekan setelah hari raya.

Beberapa meriam, terlihat sedang diperbaiki oleh warga di Gang Kuantan, RT 05/ RW 11, Kelurahan Benua Melayu Laut, Pontianak Selatan.

Meriam Karbit lazimnya berbahan kayu Mabang, Ulin, Batang Kelapa, Meranti dan bahkan kayu Kempas.

Berita Rekomendasi

Dalam proses pembuatannya, batang pohon berbentuk log terlebih dahulu dibelah dua dengan chain shaw. Pada bagian tengahnya, lantas dikeruk hingga berbentuk setengah lingkaran.

Agar meriam tidak mengalami kebocoran, pada bagian sambungan sebelumnya dilapisi karung goni atau kain sejenis. Untuk merapatkan kedua belah batang kayu tersebut lantas dibalut (disimpai) dengan ikatan rotan.

Satu di antara anggota Remaja Surau Baiturahman Bansir Laut, Setiawan mengungkapkan, di tempatnya ini rencananya akan memainkan 8 Meriam Karbit.

"Ini semuanya meriam lama, jadi setelah dipakai langsung direndam ke sungai. Di sini memang sudah menjadi tradisi, sudah sejak kakek-kakek kami dulu, jadi sudah turun-temurun," ungkapnya, Rabu (15/6/2016)

Setiawan menjelaskan, meriam-meriam tersebut sengaja dipersiapkan sejak awal. Dalam proses perbaikannya, dikerjakan pada malam hari, sehingga tidak mengganggu para pekerja yang sedang berpuasa.


"Ini mainnya mulai dari malam lebaran sampai seminggu kemudian. Jadi dipersiapkan dari sekarang, karena proses perbaikannya juga butuh waktu lama," jelasnya.

Perbaikan satu meriam jika dengan menggunakan log (batang pohon) lama, dapat mencapai biaya hingga Rp 2 juta, sehingga jika keseluruhan bisa mencapai hingga Rp 10 juta.

"Kalau baru sekarang bisa sekitar Rp 10 juta, dengan rata-rata berdiameter sekitar 60 cm. Dananya sendiri dari kami biasanya membuat proposal, dimasukkan ke instansi-instansi pemerintahan. Biasanya juga minta ke masyarakat," sambung Setiawan.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas