Marak Tali Layangan Menggunakan Kawat, PLN Kalbar Siapkan Kelambu
Dominasi gangguan layang-layang ini, diakuinya karena maraknya oknum warga di Kalbar menggunakan tali layangan dengan kawat.
Penulis: Tito Ramadhani
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNPONNEWS.COM, PONTIANAK - General Manager PLN Wilayah Kalimantan Barat, Bima Putra Jaya mengungkapkan jaringan transmisi bertegangan tinggi gardu induk, kerap terganggu dengan adanya tali layangan yang menggunakan kawat.
Untuk mengatasi hal tersebut, menurut Bima, akhirnya digunakanlah pelindung jaringan kabel bertegangan tinggi tersebut menggunakan 'kelambu' agar tidak mengganggu jaringan yang telah ada.
"Gangguan cukup besar itu dari layang-layang. Kami belum hitung itu (persentase), paling menghitung berapa kali gangguan dan pengaduan, itu saja," ungkapnya usai acara Media Gathering dan buka puasa bersama PLN Wilayah Kalbar di Hotel Golden Tulip, Rabu (22/6/2016) malam.
Dominasi gangguan layang-layang ini, diakuinya karena maraknya oknum warga di Kalbar menggunakan tali layangan dengan kawat. Sehingga saat mengenai jaringan transmisi, sangat mengganggu distribusi listrik bagi gardu induk.
"Ini hanya di Kalbar saja, kami sampai menggunakan jaring-jaring 'kelambu' dengan harapan, distribusi listrik ke gardu induk tidak terganggu. Ini kami coba untuk menghindari adanya gangguan atau pemadaman. Ya ini di Indonesia hanya Kalbar saja yang pakai kelambu," jelasnya.
Penggunaan jaring kelambu untuk melindungi jaringan transmisi yang mengalirkan listri bagi gardu induk, menurutnya sangat penting. Karena jika satu kabel terganggu, dapat menyebabkan separuh wilayah di Kota Pontianak mengalami pemadaman listrik.
Bima menambahkan, pihaknya menargetkan dapat mengaliri listrik bagi 700 dusun di seluruh wilayah Kalbar. Namun, belum seluruhnya dapat direalisasikan. Pada tahun 2016 ini, pihaknya hanya dapat merealisasikan sebanyak 35 dusun.
"Itu dayanya bervariasi, ada yang 50, ada yang 25, jadi tergantung jumlah pelanggan dan lokasi jaraknya. Tahun depan kami usulkan 100 dusun, percepatan rasionalisasi di Kalbar. Agar naik cepat, kalau nggak begitu bisa sampai tujuh tahun kan," terang Bima.
Saat ini, rasionya masih 65 atau dapat disebut dibawah rata-rata. Dengan lokasi yang cukup tersebar dan jumlah yang kecil-kecil. Sehingga hitung-hitungan biaya investasi dengan jumlah pelanggan, tidak visible.
"Karena ini listrik desa, ya kami harus menjalankan dengan skala prioritas. 35 dusun itu tersebar, ada di Landak, Ketapang, Sanggau," sambungnya.(*)