Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerpenis Hamsad Rangkuti Terbaring Tak Berdaya di Rumah Sakit

Cerpenis Hamsad Rangkuti jatuh sakit, terbaring tak berdaya. Ia mengalami penyumbatan pembuluh darah di otak.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Cerpenis Hamsad Rangkuti Terbaring Tak Berdaya di Rumah Sakit
Tribun Medan/Abul Muamar
Hamsad Rangkuti terbaring di ruangan Rumah Sakit Sembiring, Delitua, Sabtu (25/6/2016). Cerpenis berusia 73 tahun ini menderita penyumbatan pembuluh darah di otak yang menyebabkan organ tubuhnya tak dapat berfungsi baik. 

Laporan Wartawan Tribun Medan, Abul Muamar

TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Cerpenis Hamsad Rangkuti jatuh sakit, terbaring tak berdaya di ruang J-17 Rumah Sakit Sembiring, Delitua, Sumatera Utara, Sabtu (25/6/2016).

Kondisi tubuh Hamsad nampak sangat kurus. Mulutnya tak bisa bicara. Hamsad telah dirawat di rumah sakit sejak 13 Juni, mengalami penyumbatan pembuluh darah di otak dan tekanan darah tinggi.

"Kami ke Medan tiga bulan yang lalu. Sebelum ini bapak masih bisa ngomong, masih bisa jalan-jalan. Disempatkannya ke Kisaran juga karena dia besar di sana," ujar istri Hamsad, Nur Hamsad Rangkuti, kepada Tribun Medan.

Hamsad mulai mengidapi berbagai jenis penyakit sejak enam tahun terakhir. Selama kurun itu ia tak lagi aktif menulis.

"Pada 2010 operasi pasang ring di penis. Pada 2012 mulai sakit jantung, operasi by pass jantung. Sekarang penyumbatan pembuluh darah di otak. Stroke ringan jadinya. Kata dokter ada penyumbatan. Kemarin masuk ICU selama delapan hari. Ini sudah bisa keluar," ujar ibu empat anak ini.

Berbagai pernghargaan kepenulisan Hamsad terima, di antaranya penulisan cerpen Kompas (2001), Khatulistiwa Literary Award (2003) untuk Bibir dalam Pispot, dan SEA Write Award (2008).

Berita Rekomendasi

Satu cerpennya yang paling terkenal dan kontroversial adalah "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," berjejak pada pengalamannya menaiki kapal penyeberangan dari Bakauheni ke Merak.

Mantan pemimpin redaksi Majalah Horison ini lahir di Titi Kuning, Medan, Sumatera Utara, pada 7 Mei 1943, dengan nama Hasyim Rangkuti.

Ia banyak menghabiskan masa mudanya di Kisaran dan Tanjungbalai, bersama sahabatnya yang juga pengarang, Martin Aleida.

Menulis Tak Kenal Waktu

Cerita pendek pertama Hamsad, "Sebuah Nyanyian di Rambung Tua", ditulisnya saat ia masih duduk di bangku SMP di Tanjungbalai, Asahan, pada 1959.

Diam-diam temannya 'mencuri' cerpen tersebut lantas dikirimkan ke sebuah surat kabar di Medan dan terbit. Cerpen tersebut lalu diikutsertakan dalam lomba cerpen di Medan hingga menang.

"Abang (suami) enggak tahu siapa yang mengambil. Tahu-tahu sudah terbit di Medan. Diikutkan dalam lomba, menang pula," cerita Nur.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas