Ngabuburit Bareng Mantan Pecandu Narkoba Bikin Seru
Rumah di Jalan Stonen Utara Nomor 37 tak jauh berbeda dengan rumah di sekitarnya. Di sana kumpul mantan pecandu narkoba.
Penulis: Muh Radlis
Editor: Y Gustaman
"Teman teman SMA yang dulu pakai bareng ya ketemu lagi di Semarang, jadinya kebablasan lagi," kata dia.
Merasa jenuh dengan rutinitas pakai narkoba setiap hari, Ruben pun akhirnya memantapkan diri untuk berhenti dan mengajukan rehabilitasi.
"Saya berpikir, sampai kapan saya begini. Setiap bangun tidur pakai putau dulu biar bisa kerja, setiap hari begitu. Uang tidak bisa ditabung karena setiap bulan selalu beli putau di Jakarta, akhirnya saya mantapkan niat untuk berhenti. Betul kalau bukan niatan sendiri, rehab tidak akan berhasil," kata dia.
Beda Ruben, beda pula Agus. Warga asli Kota Semarang itu berhenti menggunakan putau setelah dia mengalami lumpuh total selama enam bulan.
"Saya pakai putau sekitar 15 tahun, hingga saya lumpuh dan akhirnya berhenti. Saya bersyukur Tuhan memberikan teguran membuat saya sadar," kata Agus.
Bahkan saking kecanduannya, dulu Agus kerap mencuri uang orangtuanya hanya untuk membeli putau.
"Anak istri saya meninggal, itu pukulan terberat buat saya," kata dia.
Agus dan Ruben pun mengeluhkan hal yang sama setelah berhenti menjadi pecandu narkoba.
Dipandang sebelah mata, cibiran hingga makian kerap mereka terima. Bahkan tak ada satu pun perusahaan yang mau mempekerjakan mantan pecandu narkoba seperti Agus dan Ruben.
"Kami sesama mantan pecandu narkoba susah cari kerja, untungnya di Rumah Damping Astama ini kami dibina menjadi wirausaha," kata Agus.
Mereka diajari cara menanam jamur, membuat selai, kue, abon jamur hingga jajanan seperti sosis untuk dijual kembali. Meski belum menjual bebas, hanya sebatas menerima pesanan saja, namun Agus, Ruben dan para penghuni Rumah Damping Astama BNNP Jateng yakin usaha mereka kelak akan mendatangkan hasil.
Tak hanya dibina menjadi wirausaha, para mantan pecandu ini juga tetap menjalani program pascarehabilitasi.
"Program pascarehab tetap jalan. Setiap hari, monitoring hingga sambang ke rumah hingga 10 bulan bagi yang selesai menjalani rehab," kata Sardiyanto, Program Manager Rumah Damping Astama BNNP Jateng.
Pria yang akrab disaba Antok itu mengatakan, total saat ini pihaknya sedang menangani hampir 100 orang yang menjalani program pasca rehab.
"Di Rumah Damping ini ada tujuh orang, 60 orang pascarehab di luar, dan 30 orang di Bapas," katanya.
Selain program rutin dari BNNP Jateng, Antok yang juga menjabat sebagai Kepala Seksi Pasca Rehab BNNP Jateng, mengatakan setiap Rabu malam, para mantan pecandu berkumpul untuk saling bercerita dan menguatkan agar tidak terjerumus lagi ke dunia gelap narkoba.
"Nama programnya NA, Narkotic Anonimous. Total sudah ada 15 orang yang ikut program ini," kata dia.