Fatamorgana Jalan Tol Cipali bagi Masyarakat Setempat
Sayangnya, kemewahan megaproyek nasional tersebut bak fatamorgana.
Editor: Malvyandie Haryadi
"Jalan ini rusak akibat truk besar kontraktor untuk konstruksi jalan tol. Truk bertonase lebih dari 20 ton melintas di jalan desa yang kekuatannya tidak sampai 5 ton, ya jalannya jadi rusak," ujar Rohata.
Total panjang jalan kabupaten yang melintasi desa itu 27 kilometer, menghubungkan Desa Cijunti-Cimahi dan Kertamukti.
Bagi warga di wilayah itu, jalan tersebut sekaligus merupakan jalan akses menuju pintu Tol Cikopo dan Cipali.
Jika lewat dari barat, masuk jalan tersebut bisa dimulai dari Cikopo pada Jalan Raya Purwakarta-Karawang.
Dari sana, jalan berbelok-belok melewati perkebunan karet masuk ke Desa Cijunti, Cimahi, Kertamuti, dan keluar ke Jalan Raya Purwakarta-Subang, sekitar 10 kilometer dari perempatan Sadang, Purwakarta.
Jika Jalan Cikopo-Sadang-Purwakarta padat, jalan ini menjadi jalur alternatif arus lalu lintas dari Karawang ke Subang dan sebaliknya.
Berdasarkan pemantauan Kompas, tidak seluruhnya jalan itu rusak dan berlubang. Sebagian aspalnya ada yang masih bagus walaupun di sana-sini ada aspal terkelupas.
"Di desa kami, ada sekitar 3 kilometer jalan tidak mulus," ujar Kepala Desa Cijunti Toha bin Saripin (46).
Tidak diperbaiki
Pertengahan Juni 2015, Presiden Joko Widodo meresmikan jalan tol sepanjang 116,7 kilometer itu.
Warga, menurut Rohata, menyambut dengan penuh sukacita sebab suasana desa ikut menjadi ramai.
Selain itu, ada harapan, dengan beroperasinya tol itu, jalan desa yang rusak oleh kendaraan besar proyek bisa segera diperbaiki.
Namun, sudah setahun sejak Tol Cipali diresmikan belum ada tanda-tanda jalan itu dikembalikan seperti semula.
Padahal, lanjut Rohata, selama pembangunan tol, masyarakat di daerahnya sudah banyak berkorban untuk mendukung kelancaran megaproyek Trans-Jawa itu.