Habib Luthfi: NKRI Harga Mati!
Halal bihalal adalah momentum untuk mempererat tali silaturahmi dan meneguhkan persatuan dan kesatuan.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, PEMALANG - Halal bihalal adalah momentum untuk mempererat tali silaturahmi dan meneguhkan persatuan dan kesatuan.
“Bangsa ini harus dijaga persatuannya. NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) adalah harga mati,” ungkap Habib Luthfi Bin Yahya dalam acara halal bihalal Idul Fitri 1437 H yang digelar Keluarga Ketapang di Jakarta Raya (Kapang Jaya) dengan tema “Ketapang Bershalawat” di Masjid Al Hidayah Desa Ketapang Kec. Ulujami Kab. Pemalang, Jawa Tengah, Jumat (8/7/2016), yang dihadiri ribuan muslim.
Dengan teguhnya persatuan dan kesatuan, kata Luthfi, maka bangsa ini tidak akan mudah dipecah belah baik oleh bangsa sendiri maupun bangsa lain.
“Negara-negara lain takut dengan kecerdasan dan kekuatan yang dimiliki bangsa Indonesia, sehingga mereka menyerang generasi muda kita dengan barang-barang yang diharamkan oleh agama (narkotika, red) untuk merusak otak, sehingga bangsa ini lumpuh,” jelas Rais Am Jamiyah Ahluth Thariqah al Mutabarah an Nahdiyah kelahiran Kota Pekalongan 10 November 1947 yang namanya sudah mendunia ini.
Ia lalu merujuk contoh kecerdasan yang dimiliki putra Indonesia, antara lain Syekh Muhammad bin Umar Nawawi Al Bantani Al Jawi, ulama Indonesia bertaraf internasional yang lahir di Banten tahun 1815 dan sejak umur 15 tahun tinggal di Makkah, Arab Saudi, hingga wafatnya tahun 1897.
Juga ulama bertaraf internasional lainnya, Ahmad Khatib Sambas, kelahiran Kalimantan Barat tahun 1803 yang menetap di Makkah sejak 1820 hingga wafatnya tahun 1875. Adapun untuk kekuatan, Habib Lutfhi merujuk Mahapatih Gadjah Mada dari Majapahit yang berhasil mempersatukan Nusantara tahun 1334.
“Indonesia ini bangsa yang cerdas dan kuat, sehingga negara-negara lain takut dan kemudian ingin menghancurkannya. Maka kita harus tingkatkan persatuan dan kesatuan,” tegas Luthfi.
Pembicara lainnya, Habib Muchdor Bin Ahmad Assegaf dari Kota Pemalang dan KH Syarifuddin dari Kota Tegal juga menyampaikan pesan senada. Sedangkan Ketua Kapang Jaya Karyudi Sutajah Putra berpesan agar Idul Fitri yang berarti hari suci dijadikan momentum untuk mawas diri, sehingga Indonesia tidak lagi menjadi bangsa munafik.
Karyudi lalu merujuk contoh betapa ironisnya bangsa ini, sementara pada setiap Ramadan masjid-masjid dan musala-musala di seluruh pelosok Indonesia penuh sesak oleh umat Islam yang beribadah, namun pada saat yang sama korupsi di Indonesia tetap merajalela.
“Indonesia adalah salah satu negara terkorup di dunia. Ada 343 bupati dan walikota yang terlibat korupsi. Ada 19 gubernur yang terlibat korupsi. Ada 75 anggota DPR RI yang terlibat korupsi. Ada sekitar 3.600 anggota DPRD yang terlibat korupsi. Ini sangat ironis bagi Indonesia yang dikenal sebagai bangsa religius,” jelasnya yang juga diamini Ranoto, Ketua Panitia “Ketapang Bershalawat”.