Polisi Bantah Lakukan Kekerasan terhadap Mahasiswa Papua di Yogyakarta
Polda DIY memastikan banyak informasi liar yang beredar di media sosial tidak benar pascademonstrasi mahasiswa Papua di Yogyakarta pekan lalu.
Penulis: Khaerur Reza
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Khaerur Reza
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYAKARTA - Isu liar menggelinding di media sosial pascademo mahasiswa Papua di Yogyakarta yang berujung bentrok dengan anggota kepolisian pada Jumat (15/7/2016).
Informasi yang beredar satu di antanya ada pengunjukrasa dikeroyok aparat, mahasiswa kelaparan akibat jalannya diblok polisi, bantuan PMI ditahan kepolisian dan lain sebagainya.
Kepala Biro Operasi Polda Daerah Istimewa Yogyakarta, Kombes Bambang Pristiwanto, mengatakan banyak informasi yang beredar liar itu tak benar, disebarkan orang tidak bertanggungjawab.
Ia mencontohkan berita bohong tentang gambar seorang mahasiswa yang diinjak kepalanya oleh aparat sampai wajahnya berdarah. Peristiwa itu menurut Bambang tidak ada.
"Itu hoax, kami menelusuri itu tidak ada. Yang pasti beredar menggambarkan situasi Jogja tidak aman adalah hoax," tegas Bambang saat jumpa pers di Polresta Yogyakarta, Selasa (19/7/2016).
Begitu juga informasi yang menyebutkan mahasiswa di asrama kelaparan karena tidak ada logistik karena sekeliling asrama dikepung oleh polisi juga tidak benar.
"Saya, Kapolres dan jajaran standby dari pagi. Mereka banyak yang keluar masuk bawa makanan dan Aqua lewat di depan kita. Kalau mereka kelaparan itu bohong," dia menambahkan.
Bambang tak menyangkal ada sedikit ketegangan saat itu, dan sembilan mahasiswa sempat diamankan. Semua itu ia akui berjalan dalam kondisi kondusif dan tindakan polisi prosedural.
Kapolresta Yogyakarta Kombes Tommy Wibisono menambahkan upaya kepolisian kemarin untuk melarang simbol-simbol separatis seperti bendera berkibar.
"Bagi kami NKRI harga mati, tidak boleh ada bendera selain Merah Putih berkibar," terang Tommy.