Semangat Belajar Tinggi, Difabel di Bantul Ini Tak Pernah Terlambat Sekolah Meski Berkursi Roda
Dia sudah terbiasa menempuh jarak kurang lebih 6 kilometer untuk berangkat ke sekolah di SMP 2 Sewon hanya dengan menggunakan kursi roda.
Editor: Wahid Nurdin
Menurutnya, uang hasil penjualan anyaman bambu itu tidak seberapa.
Dari background keluarga yang kurang mampu ini, karakter disiplin Edi terbentuk. Setiap hari, dia bangun pukul 04.00 dan mempersiapkan segala bekal, buku dan peralatan sekolahnya.
Setelah itu, hampir setiap harinya, dia berangkat mengayuh kursi rodanya sekitar pukul 05.00 WIB.
Tak ada ketakutan untuk menantang padatnya jalanan, tingginya tingkat polusi di jalanan, dan melawan panasnya terik.
Bahkan, jika hujan lebat, tak jarang Edi pun harus berteduh di setiap emperan yang dilaluinya.
“Saya tidak takut dan gentar menghadapi apapun. Tidak takut ditabrak atau juga dijambret, karena saya memang hanya ingin selalu bisa ke sekolah,” ucapnya.
Berbekal uang saku Rp 10 ribu, Edi tak mengeluh meski fisiknya terkuras untuk perjalanan ke sekolahnya. Sebab, baginya mengeluh bukan sebuah solusi untuk mengatasi kesulitan hidup. Baginya, fokus dalam belajar dan berjuang menjadi senjata utamanya.
Hingga kini, usai menamatkan pendidikan di SMP 2 Sewon, Edi bercita-cita bisa melanjutkan pendidikannya di Sekolah
Menengah Seni Rupa (SMSR) atau di jurusan teknik komputer.
Pria kelahiran 30 Oktober 1997 ini pun yakin jika potensi dirinya bisa berguna dan bermanfaat untuk keluarganya.
Kepala SMP 2 Sewon, Asnawi memuji sosok Edi sebagai siswa yang rajin dan tekun. Bahkan, dia menyebut Edi merupakan contoh siswa yang disiplin kendati harus berangkat dan pulang dengan kursi roda.
“Dia tidak pernah terlambat datang ke sekolah. Kami salut dan bangga. Di dalam dirinya ada disiplin dan kemauan keras untuk bersekolah, meski dari keluarga kurang mampu,” ucapnya.
Menurut Asnawi, Edi tidak membayar uang sekolah karena mendapatkan beasiswa. Selain itu, banyak donatur yang tergerak untuk membantunya. Sumbangan donatur ini ditujukan untuk bantuan kursi roda dan juga kebutuhan Edi.
Asnawi menambahkan, di sekolahnya terdapat 22 siswa berkebutuhan khusus. Rinciannya, ada 6 siswa di kelas VII, 6 siswa kelas VIII, dan 10 siswa kelas IX. Mereka terdiri dari tuna netra, daksa, dan mengikuti pelajaran di sekolah secara terpisah dengan siswa yang normal. (Tribunjogja.com)