Tak Punya Biaya, Gadis Cacat di Situbondo Ini Tak Bisa Melanjutkan Sekolah
Gadis berusia tujuh tahun ini tidak bisa melanjutkan ke sekolah SD, lantaran ibunya tidak mamiliki uang untuk membiayai pendidikannya.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SITUBONDO - Pendidikan gratis belum sepenuhnya dirasakan warga miskin.
Seperti yang dialami Vincentia Laura Lodan, yang tinggal di RT 3 RW 5, Jalan Wr. Supratman Gang Teratai, Kelurahan Patokan, Kota Situbondo, Jatim.
Gadis berusia tujuh tahun ini tidak bisa melanjutkan ke sekolah SD, lantaran ibunya tidak mamiliki uang untuk membiayai pendidikannya.
Purnawati Natalia, ibu kandung Vincentia mengaku, terpaksa tidak menyekolahkan putrinya, karena tidak ada biaya.
“Dua tahun terakhir anak saya sekolah TK. Namun Tahun ini sudah waktunya masuk sekolah SLB dan tidak ada biaya,” ujar Purnawati saat ditemui sejumlah wartawan di rumahnya.
Menurutnya, anaknya Laura baru diketahui memiliki penyakit saraf di pahanya saat usianya menginjak 3 tahun.
Sehingga sampai saat ini anaknya masih tidak bisa berdiri dan berjalan.
"Kalau berdirinya kaki anak saya terus menyilang, katanya nama penyakitnya Sipi, tapi lupa pastinya," kata wanita beusia 31 tahun ini kepada Surya (TRIBUNnews.com Network), Rabu (20/7/2016).
Selain itu, alasan Purnawati tidak menyekolahkan buah hatinya melanjutkan sekolah bukan hanya masalah biaya.
Akan tetapi dirinya juga tidak mampu membeli kursi roda baru.
"Kursi roda yang digunakan ini, rodanya sudah rusak dan patah, sehingga sekarang tidak bisa berjalan dan Hanna digukan untuk duduk," tukasnya.
Selama ini, saat anaknya bersekolah di TK, dirinya selalu menggunakan kursi roda untuk mengantar anaknya ke sekolah
"Dua tahun saya mengantar ke sekolah dengan kursi rodanya ini," jelasnya kepada Surya (TRIBUNnews.com Network).
Untuk itu, dirinya berharap anaknya bisa melanjutkan dan masuk sekolah. Namun apa daya, kemampuan untuk membiayai tidak memungkinkan.
"Mau gimana lagi, wong saya tidak bekerja. Tadi temannya ada yang ke rumah dan mengajak Laura bersekolah lagi," pungkas wanita yang sehari hari menunggui putrinya di rumahnya tersebut.