Eks Lokalisasinya Hanya Untuk Menginap, PSK-nya Beroperasi di Jalan
Perempuan berpakaian seksi ramai berbincang di teras wisma. Kemarin, terlihat hanya ada sekitar 5 perempuan santai di luar wisma.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Penutupan lokalisasi serentak di Kaltim pada 1 Juni 2016 lalu rupanya hanya seremonial belaka. Sejumlah pekerja seks komersial (PSK) dan pria hidung belang masih aktif melakukan praktik prostitusi.
Beberapa waktu lalu, lokalisasi sempat sepi lantaran memasuki bulan puasa. Namun saat ini lokalisasi kembali aktif. Hal itu terlihat dari penjagaan ketat di pos pintu masuk lokalisasi Solong Bandang Raya, Samarinda, Kamis (21/7). Ada sekitar 4 orang berjaga di pos tersebut. Mereka bahkan menarik uang masuk bagi tiap pengunjung atau orang asing yang masuk area Solong.
"Bayar dulu mas kalau mau masuk, jangan lewat aja," tutur seorang penjaga pos.
Di kawasan tersebut masih ramai dihuni warga. Anak-anak kecil juga terlihat bermain di jalanan. Namun suasana di Lokalisasi Solong sudah jauh lebih sepi ketimbang sebelum penutupan serentak lokalisasi.
Sebelumnya Tribun sempat memantau lokalisasi tersebut. Bahkan saat siang hari, suara alunan musik sudah terdengar jelas. Perempuan berpakaian seksi ramai berbincang di teras wisma. Kemarin, terlihat hanya ada sekitar 5 perempuan santai di luar wisma.
Meski Pemprov Kaltim sudah resmi menutup sejumlah lokalisasi di Kaltim, kenyataannya masih ada lokalisasi yang beroperasi. Pengurus Lokalisasi Solong, Samarinda, Bolet tak memungkiri praktik prostitusi masih berlangsung.
Ia menilai penutupan serentak lokalisasi di Kaltim tidak serta merta memutus rantai praktik prostitusi. Lantaran banyak manusia yang menggantungkan hidup dari praktik seks bebas tersebut. Apalagi penutupan serentak 1 Juni lalu hanya untuk menggabungkan rencana Kaltim bebas prostitusi 2019.
"Persoalan lokalisasi ini masalah perut. Itu hanya untuk mempersiapkan agar 2019 bebas prostitusi. Ya untuk saat ini tidak mungkin langsung berhenti total, pasti ada yang masih beroperasi," kata Bolet.
Dikemukakan, para PSK masih ada yang menghuni lokalisasi Solong. Namun kali ini mereka beroperasi di luar. Ada beberapa tempat baru yang biasanya menjadi pangkalan PSK Solong, yakni di jalanan kawasan Sentosa Dalam, Basuki Rahmat, hotel-hotel melati, dan panti-panti pijat.
"Kalau nggak percaya, kalian jam 11 malam ke Sentosa Dalam, pinggir jalan Kaltim, sama di panti pijat. Modal Rp 250 ribu aja, kalian lihat apa aktivitasnya di sana. Semua itu cuma kedok aja, padahal ada prostitusi di situ. Banyak PSK sini yang kalau jam 10 malam mereka ke sana. Nanti jam 10 pagi pulang lagi ke sini. Ya di Solong ini mereka cuma numpang tidur," ungkap pria bertubuh tambun ini.
Kondisi tersebut menurutnya semakin memprihatinkan lantaran praktik prostitusi justru menyebar di luar lokalisasi. Hal itu menjadi sulit dipantau guna melakukan penyuluhan. Ia khawatir, justru penyakit masyarakat semakin meluas ke ruang publik.
"Yang kayak begitu susah kita pantau mana yang berpenyakit dan tidak. Ya dampaknya lah, mau gimana lagi, kan peraturan sudah dibuat pemerintah pusat," ujarnya.
Salah satu pengelola lokalisasi, yang akrab disapa Bulet membenarkan sepinya lokalisasi. Menurutnya aktivitas di lokalisasi menurun pascapenutupan serentak dan bulan puasa.
"Kami hanya bertugas untuk penyuluhan HIV AIDS, penggunaan kondom dan melakukan pengecekan darah. Kalau dulu ramai, karena kita tiap bulan selalu bergerak. Terakhir sebelum puasa itu. Kalau sekarang, belum ada. Ya kita lihat dulu kalau memang sudah ramai, kita akan mengecek darah lagi. Karena ini masih sepi, baru habis lebaran," ungkap Bulet yang mengaku tugas sebagai pengelola tidak bersentuhan langsung dengan aktivitas prostitusi di lokalisasi tersebut.
Bulet mengatakan pascapenutupan lokalisasi serentak, tidak ada pihak berwajib dan pemerintah mengganggu kawasan tersebut, termasuk razia penyakit masyarakat. Bahkan belum ada kejelasan dari pemerintah terkait uang pesangon untuk WTS.
Selain persoalan uang, janji pemerintah memberikan pelatihan untuk alih pekerjaan PSK rupanya belum teralisasi. Para PSK masih mengais rezeki dengan menjual kenikmatan tubuhnya. Menurut Bolet Dinas Sosial sampai sekarang belum ada berkoordinasi dengan pihak pengelola terkait rencana itu.