Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Warga Kampung Merabu Rela Bayar Tagihan Internet Rp 6,6 Juta Setiap Bulan

Meski hanya dihuni sekitar 70 kepala keluarga, namun warga di kampung terpencil ini tak ingin ketinggalan informasi.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Warga Kampung Merabu Rela Bayar Tagihan Internet Rp 6,6 Juta Setiap Bulan
Tribun Kaltim/Geafry Necolsen
Warga Kampung Merabu dan Mapulu, Kecamatan Kelay yang bermukim di kawasan kategori terpencil harus rela hidup dalam keterbatasan, termasuk akses internet. Di kampung ini, tagihan internet setiap bulan bisa mencapai Rp 6,6 juta. 

TRIBUNNEWS.COM, TANJUNG REDEB - Tinggal di wilayah terpencil bukanlah pekerjaan mudah, terlebih lagi di era komunikasi yang berkembang pesat.

Informasi bisa diakses dari mana saja, kecuali di wilayah yang tak terjangkau jaringan seluler.

Kondisi ini yang dialami oleh masyarakat Kampung Merabu, Kecamatan Kelay.

Meski hanya dihuni sekitar 70 kepala keluarga, namun warga di kampung terpencil ini tak ingin ketinggalan informasi.

Hanya sinyal dari telepon satelit Very Small Aperture Terminal (VSAT) yang bisa menjangkau kawasan yang dikelilingi oleh tebing karst ini.

"Memang begitu kondisi di Kampung Merabu, jangankan untuk akses internet, untuk komunikasi seluler saja kami harus naik ke dataran yang lebih tinggi. Harus naik gunung," kata Kepala Kampung Merabu, Franly Oley saat ditemui Tribun Kaltim (Tribunnews.com Network).

Setelah mendaki gunung pun, komunikasi tidak selalu berjalan lancar. Suara telepon yang terputus-putus bahkan hilang sama sekali, kerap dialami oleh warganya.

BERITA REKOMENDASI

"Karena kalau sudah dapat sinyal, yang ada ya di situ-situ saja, geser sedikit saja, langsung hilang," ungkapnya.

Namun pria yang baru berusia 23 tahun ketika dilantik sebagai kepala kampung ini tak ingin warganya ketinggalan informasi.

Franly mempelajari celah regulasi penggunaan Alokasi Dana Kampung (ADK) agar masyarakatnya bisa menikmati jaringan internet.

"Hanya VSAT yang bisa menjangkau, akhirnya kami menggunakan perangkat itu," kata Franly.

Perangkat satelit satu-satunya milik pemerintah kampung itu akhirnya ditempatkan di kantor, disebar melalui perangkat wifi, agar warganya bisa ikut menikmati kemudahan fasilitas aparatur kampung.


"Jadi akses internet hanya ada di kantor saya saja, setiap hari kantor saya didatangi anak-anak muda dari Kampung Merabu dan Kampung Mapulu, karena jarak kampung berdekatan," katanya.

Franly mengatakan, mayoritas pengguna internet di kantornya merupakan anak-anak muda yang ingin mencari pengetahuan dari internet.

"Tapi ada juga yang bermain facebook, biasa lah, namanya juga anak muda," imbuhnya.

Menggunakan VSAT sebagai alat komunikasi di manapun menjadi terjangkau, tapi tidak dengan tarifnya.

Menurut Franly, setiap bulan kampungnya harus membayar tagihan internet sebesar Rp 6 juta. Jumlah itu belum termasuk pajak 10 persen, karena VSAT dikategorikan sebagai fasilitas mewah, untuk warga pedalaman sekalipun.

"Jadi total tagihan yang kami bayar setiap bulan Rp 6.600.000 cukup berat, tapi tidak ada pilihan lain," ujarnya.

Dia hanya bisa berharap, Pemkab Berau bisa mendorong operator seluler untuk membuka jaringan di Kampung Merabu dan Mapulu, sehingga meski tinggal di pedalaman, warga yang terisolasi tak ketinggalan informasi dan tak gagap teknologi.

Sumber: Tribun Kaltim
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas