Nenek Murip Tetap Bersyukur Baru Bisa Melihat Kakbah Tahun Depan
Nenek Murip tetap ikhlas meski keberangkatannya ke Tanah Suci baru bisa di musim haji 2017. Doanya hanya satu, tetap sehat jelang keberangkatan.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Surya, Hanif Manshuri
SURYA.CO.ID, LAMONGAN - Kegembiraan nenek Murip (61) berkurang. Pemulung asal Desa Bulubrangsi, Kecamatan Laren, baru bisa berangkat haji pada 2017.
Padahal ia sudah mengikuti manasik di salah satu kelompok bimbingan ibadah haji di Kecamatan Maduran. Belakangan ia mendapat kabar keberangkatannya tahun ini harus ditunda sampai musim haji 2017.
Nomor porsi Murip masih ada di bawah nomor porsi 198.737 calon jemaah haji asal Lamongan, Jawa Timur, yang dijadwalkan bakal berangkat pada 2016.
Baca juga: Cerita Nenek Murip, Pemulung yang Merindu Naik Haji
Kepastian ini didapat saat Surya Online mencoba menelusuri data calon jemaah haji ke Kantor Kementerian Agama di Jalan Veteran, Lamongan.
"Sudah pasti Bu Murip itu berangkat haji tahun depan 2017," kata Sunhaji, Kepala Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah kepada Surya Online, Jumat (29/7/2017).
Otomatis nenek Murip pada tahun depan ada di nomor atas calon jemaah haji asal Lamongan yang berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan rukun Islam kelima.
Kalau dihitung sementara nomor porsi Murip masih pada urutan 345. "Otomatis tahun depan nomor atas," terang Sunhaji sambil berkali-kali membuka dan mencari data calon jemaah haji Lamongan menggunakan mesin hitung.
Mendengar kabar tersebut, nenek Murip mengaku ikhlas meski keberangkatannya ditunda. "Enggak, aku enggak popo, ikhlas," kata Murip saat ditemui di rumahnya.
Thun depan ada warga Bulubrangsi yang berangkat haji. Jadi, katanya dengan bahasa Jawa medok, orang Bulubrangsi nanti akan bisa menemani dan mengarahkan nenek Murip kalau ada kesulitan.
"Tidak apa-apa, saya ini tidak bisa bahasa Inggris, buta huruf. Kalau ada warga Bulubrangsi sama-sama berangkat tahun depan lebih enak," kata dia.
Murip mengaku pasrah dengan keputusan Kementerian Agama. Ia tetap akan menjalani kesehariannya dengan bekerja sebagai tukang pijit, mencari rongsokan dan jadi buruh tani.
Jeda waktu setahun hingga menjelang keberangkatan nanti akan dipakai Murip untuk mencari uang saku, baik untuk dirinya juga cucunya yang tinggal serumah dengannya.
Murip mengaku tidak perlu menyesali semua itu.Yang terpenting niatnya untuk bisa berangkat haji terkabul. "Biasa saja, malah senang," ungkap dia.
Murip hanya berharap dan berdoa, selama menunggu waktu haji hingga tahun depan tetap diberi kesehatan. Ia percaya menjalani hidup secara ikhlas, kemudahan akan datang.