Penuturan Suhendro, Petugas yang Memandikan Terpidana Mati
Proses memandikan jenazah itu panjang. Setelah (terpidana) ditembak, harus dipastikan dulu sudah meninggal atau belum lalu dijahit lukanya
Editor: Wahid Nurdin
Jelang detik-detik eksekusi tak memengaruhi aktivitas masyarakat di sekitar Pulau Nusakambangan, Cilacap. Warga setempat, Kendar (34) bertutur, masyarakat sudah terbiasa dengan pelaksanaan eksekusi mati.
"Ini (pelaksanaan eksekusi mati) bukan yang pertama kali. Masyarakat tidak takut, meski kali ini pelaksanaannya pada malam Jumat Kliwon yang biasanya dikaitkan dengan sesuatu yang bersifat mistis," kata Kendar saat ditemui di rumahnya di Kampung Wijaya Pura, Kecamatan Cilacap Selatan, Cilacap.
Rumah Kendar hanya berjarak beberapa meter dari Dermaga Wijaya Pura, akses utama menuju Pulau Nusakambangan. Kendar menyebut kawasan dermaga dan Pulau Nusakambangan memang dikenal angker.
"Saya beberapa kali melihat mahluk gaib,” cetusnya. "Pernah melihat kuntil anak, kemudian sosok sosok pria yang jelas bukan manusia. Tetapi saya dan masyarakat di sini sudah terbiasa dan tidak takut," terang lelaki yang juga punya warung makan di dekat Dermaga Wijaya Pura.
Menurut Kendar, masyarakat di kampungnya punya kepercayaan bila ada seseorang meninggal pada malam Jumat Kliwon justru sebagai 'hari baik'.
"Jadi warga percaya kalau ada orang meninggal pada malam Jumat Kliwon malah banyak temannya," ungkap Kendar.
Pendapat serupa juga diungkapkan Sukesih (54), warga Desa Tambakreja, Kecamatan Cilacap Selatan. Wanita yang sudah memiliki lima cucu itu sudah terbiasa dengan 'keangkeran' Pulau Nusakambangan.
"Tidak ada yang perlu ditakuti. Setelah eksekusi mati, jenazah dibawa ke luar (dari Nusakambangan), dan masyarakat beraktivitas seperti biasa," terangnya.
Hujan deras diiringi petir
Sementara itu, Kamis (28/7) jelang tengah malam, hujan deras turun di sekitar Pulau Nusakambangan, Kabupaten Cilacap.
Warga setempat yakin bila setiap akan ada proses eksekusi mati biasanya turun hujan.
"Padahal sudah beberapa hari belakangan ini di sini tidak hujan," kata Kendar (34).
Hujan deras disertai suara halilintar membuat masyarakat yang semula berkumpul di depan Dermaga Wijaya Pura pun membubarkan diri.
"Dulu saat eksekusi pertama dan kedua juga hujan deras," tambah Kendar. (tribunjateng/cetak)