Jusuf Kalla Hanya Tersenyum Ditanya Kerusuhan di Tanjung Balai
Wakil Presiden Jusuf Kalla irit bicara tatkala ditanya adanya kericuhan antar umat beragama di Tanjung Balai
Penulis: Jefri Susetio
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan Tribun Medan, Jefri Susetio
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Wakil Presiden Jusuf Kalla irit bicara tatkala ditanya adanya kericuhan antar umat beragama di Tanjung Balai, Sumatera Utara, Jumat (29/7/2016) malam.
Tribun Medan bersama puluhan wartawan yang menunggu di pintu keluar acara Masyarakat Adat Batak dan Rapat Kerja Nasional Punguan Simbolon, Dohot Boruna Indonesia (PSBI), di Pantai Bebas, Parapat, Simalungun dihalangi Pasukan Pengamanan Presiden.
Tribun yang melihat kedatangan Kalla berulangkali melontarkan pertanyaan tentang kericuhan antar umat beragama tersebut.
Namun, JK hanya senyum sembari menuju mobil yang sudah terparkir.
Meskipun Kalla melempar senyum, tapi beberapa wartawan terus mengikuti hingga satu anggota Paspampres berkulit putih marah dan mendorong beberapa wartawan agar menjauh.
Tidak hanya itu, saat kembali dilontarkan pertanyaan, apakah kerusuhan antar umat beragama di Tanjungbalai dibiarkan berlanjut ? Apalagi Anda dulu pernah meminta berhenti memutar kaset pengajian serta azan keras-keras di masjid sehingga hanya diam ?
"Nanti diserahkan kepada Polisi saja ya," ujarnya sembari melambaikan tangan dan masuk ke dalam mobil mewah Mercedes Benz, plang RI 2.
Diketahui sebelumnya, kericuhan antar umat beragama di Tanjungbalai pecah, Jumat (29/7/2016) malam.
Polusi Suara
Setahun lalu, Wakil Presiden Jusuf Kalla sempat membuat pernyataan yang dinilai cukup kontroversial.
Iameminta agar pengelola masjid di Indonesia berhenti memutar kaset pengajian.
Menurut Kalla, kebiasaan ini tidak membuahkan pahala bagi pemutarnya, tetapi justru menganggu warga sekitar.
"Permasalahannya yang ngaji cuma kaset dan memang kalau orang ngaji dapat pahala, tetapi kalau kaset yang diputar, dapat pahala tidak? Ini menjadi polusi suara," kata Kalla saat menghadiri pembukaan Ijtima Ulama Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) se-Indonesia di Pondok Pesantren Attauhidiyah, Tegal, Jawa Tengah, sebagaimana dikutip dari Kompas.com, Senin (8/6/2015).
Kalla menceritakan pengalamannya ketika pulang kampung ke Bone, Sulawesi Selatan. Ketika itu, Kalla merasa terganggu dengan suara pengajian yang disiarkan empat masjid di sekitar rumahnya.
Kaset pengajian mulai diputar pukul 04.00, padahal shalat subuh baru dimulai pukul 05.00. Karena suara pengajian yang diputar keras tersebut, Kalla pun terbangun.
"Apa urusan Anda mengaji pakai kaset? Tidak ada pahalanya itu. Kalau ada pahalanya, itu orang Jepang yang dapat pahalanya karena itu pasti pakai Sony (pemutar kaset), kan Sony itu yang dapat. Tidak ada pahalanya, kita jengah, dan dia berdosa mengganggu kita," tutur dia.
Di samping itu, Kalla menilai bahwa pengajian di masjid setiap subuh sedianya tidak terlalu lama. Ia menilai cukup lima menit pengelola masjid mengaji dalam kurun waktu kurang lebih 30 menit sebelum masuk waktu subuh.
Kalla juga menyampaikan bahwa aturan mengenai pengajian di masjid ini sudah diatur Dewan Masjid Indonesia.
"Di Indonesia ini, setiap 500 meter pasti ada masjid. Kalau orang jalan kaki dari rumah ke masjid, tidak lebih 10 menit. Jadi, tak usah bangunkan orang satu jam sebelumnya. Mengaji tidak boleh lebih dari lima menit," ucap dia. (tio)